Didalam era globalisasi, publikasi ilmiah menjadi semakin penting bagi para akademisi, peneliti, dan mahasiswa. Tetapi, seiring dengan meningkatnya tuntutan untuk mempublikasikan karya ilmiah, muncul pula sejumlah praktik yang tidak terpuji dalam dunia penerbitan jurnal. Salah satu fenomena yang perlu diwaspadai merupakan hadirnya jurnal-jurnal predator atau jurnal pemangsa.
Jurnal predator adalah istilah yang merujuk pada jurnal-jurnal yang menerapkan praktik penerbitan yang tidak etis dan cenderung hanya mengejar keuntungan finansial semata. Modus operandi mereka seringkali melibatkan penipuan, pemerasan, dan eksploitasi terhadap para penulis yang ingin mempublikasikan karya ilmiahnya.
Keberadaan jurnal predator ini tentu saja sangat mengkhawatirkan, tidak hanya bagi integritas akademik tapi juga bagi kredibilitas dan reputasi para peneliti yang menjadi korbannya. Karena itu, penting bagi seluruh insan akademik untuk memahami apa itu jurnal predator, mengenali ciri-cirinya, serta mengetahui cara-cara untuk menghindarinya.
Didalam artikel ini, kami akan membahas secara mendalam tentang pengertian jurnal predator, karakteristik utama yang membedakannya dari jurnal ilmiah bereputasi, serta berbagai strategi yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi dan menghindari perangkap jurnal-jurnal predator tersebut. Dengan demikian, diharapkan para pembaca dapat lebih waspada dan memiliki pemahaman yang lebih baik dalam memilih jurnal yang tepat untuk mempublikasikan karya ilmiah mereka.
Baca juga: Cara Memilih Tools Proofreading Yang Tepat
Pengertian Jurnal Predator
Jurnal predator, atau sering juga disebut sebagai jurnal pemangsa, merujuk pada jurnal-jurnal ilmiah yang beroperasi dengan cara tidak etis dan menipu. Jurnal-jurnal ini pada dasarnya hanyalah bisnis yang mengejar keuntungan finansial dengan cara mengeksploitasi keinginan para peneliti dan akademisi untuk mempublikasikan hasil karya mereka.
Modus operandi jurnal predator umumnya merupakan dengan mengirimkan spam email secara massal yang berisi undangan untuk mengirimkan naskah ke jurnal mereka. Mereka sering kali mengklaim sebagai jurnal open access bereputasi dengan proses review cepat. Tetapi setelah artikel dikirimkan dan biaya publikasi dibayarkan, para penulis akan mendapati bahwa kualitas editorial dan peer review jurnal tersebut sangat rendah atau bahkan tidak ada sama sekali.
Jurnal predator cenderung tidak memiliki legitimasi, kredibilitas, maupun standar kualitas yang memadai sebagaimana jurnal ilmiah bereputasi umumnya. Mereka seringkali tidak terdaftar dalam pengindeks jurnal ilmiah ternama dan mempraktikkan cara-cara tidak etis demi mengeruk keuntungan finansial.
Ciri-Ciri Jurnal Predator
Berikut merupakan ciri-ciri umum yang ditemukan di jurnal predator
1. Spam Email Massal
Jurnal predator selalu mengirimkan email undangan secara massal tanpa diminta kepada banyak peneliti dan akademisi. Email tersebut biasanya berisi ajakan untuk mengirimkan naskah dengan janji proses review cepat.
2. Klaim Palsu
Jurnal predator seringkali mengklaim diri sebagai jurnal open access bereputasi dengan indeks di pangkalan data terkenal. Tetapi, klaim tersebut biasanya tidak benar atau dilebih-lebihkan.
3. Situs Web Mengecoh
Situs web jurnal predator sering terlihat profesional, namun jika diamati lebih seksama terdapat banyak kesalahan penulisan, informasi yang tidak konsisten, serta minimnya transparansi.
4. Lokasi Penerbit Mencurigakan
Banyak jurnal predator berlokasi di negara-negara yang tidak memiliki tradisi publikasi ilmiah kuat atau bahkan tidak jelas lokasi tertornya.
5. Biaya Tidak Wajar
Jurnal predator biasanya memungut biaya publikasi (article processing charge/APC) yang relatif murah dan tidak masuk akal untuk standar jurnal bereputasi.
6. Dewan Editor Mencurigakan
Mereka sering mencantumkan nama-nama akademisi ternama dalam dewan editor tanpa sepengetahuan yang bersangkutan.
7. Peer Review Asal-asalan
Proses peer review nyaris tidak ada atau sangat tidak ketat sehingga banyak naskah berkualitas rendah yang diterbitkan.
8. Tidak Terindeks
Jurnal predator jarang terindeks di pangkalan data jurnal bereputasi seperti Web of Science, Scopus, dll.
Dengan mengenali ciri-ciri di atas, diharapkan para peneliti dan akademisi dapat lebih waspada dalam memilih jurnal untuk mempublikasikan karya mereka.
Cara Menghindari Jurnal Predator
Untuk menghindari perangkap jurnal predator, ada sejumlah langkah yang dapat dilakukan oleh para peneliti dan akademisi.
Pertama, selalu lakukan penelusuran secara saksama terhadap kredibilitas suatu jurnal sebelum mengirimkan naskah. Periksa apakah jurnal tersebut terindeks dalam pangkalan data jurnal bereputasi seperti Web of Science, Scopus, Directory of Open Access Journals (DOAJ), atau indeks lain yang diakui. Jurnal predator biasanya tidak terdaftar di sana.
Kedua, pelajari dengan baik reputasi penerbit jurnal tersebut. Penerbit bereputasi biasanya menerbitkan banyak jurnal berkualitas dengan standar editorial yang ketat. Sebaliknya, jika penerbitnya tidak dikenal atau bahkan sulit dilacak, waspadalah terhadap kemungkinan jurnal predator.
Ketiga, teliti situs web jurnal secara menyeluruh. Situs jurnal bereputasi biasanya tertata dengan baik, transparan, dan tidak memiliki banyak kesalahan penulisan atau informasi yang kontradiktif. Jika situs webnya terlihat asal-asalan atau mencurigakan, lebih baik hindari jurnal tersebut.
Keempat, periksa dewan editor dan reviewer jurnalnya. Dewan editor yang solid dan bereputasi merupakan indikator kualitas sebuah jurnal. Tetapi, berhati-hatilah jika menemukan nama-nama besar yang diragukan kesediaannya untuk terlibat di jurnal tersebut.
Kelima, manfaatkan daftar jurnal predator yang telah diidentifikasi oleh pihak-pihak terpercaya. Misalnya, situs Beall’s List yang dikelola oleh Jeffrey Beall menyediakan daftar panjang jurnal dan penerbit predator. Situs Think Check Submit juga menawarkan alat untuk memeriksa kredibilitas jurnal.
Keenam, konsultasikan dengan kolega atau pembimbing yang lebih berpengalaman mengenai jurnal mana yang tepat untuk mempublikasikan karyamu. Mereka yang sudah lama berkecimpung di dunia publikasi ilmiah biasanya lebih mampu mengenali karakteristik jurnal predator.
Ketujuh, prioritaskan jurnal yang dikelola oleh asosiasi profesi atau lembaga ilmiah ternama. Jurnal semacam itu jarang bermuatan eksploitatif karena didukung oleh reputasi organisasi induknya.
Kedelapan, waspadai terhadap jurnal yang terlalu agresif dalam mengirimkan undangan kepadamu agar mengirimkan naskah. Jurnal predator seringkali mengirimkan email massal secara sembarangan tanpa melihat relevansi bidang ilmu penulis dengan cakupan jurnal yang ditawarkan. Jika kamu menerima ajakan tak terduga dari jurnal yang sama sekali tak kamu kenal, sebaiknya periksa dulu kredibilitasnya sebelum merespons.
Dengan menerapkan langkah-langkah tersebut, para peneliti dan akademisi dapat meminimalisir risiko terjebak dalam jeratan jurnal predator. Publikasi ilmiah merupakan hal yang terlalu penting untuk dikorbankan hanya karena ketidakwaspadaan terhadap praktik predator ini. Karena itu, waspadalah dan selalu utamakan kualitas serta integritas akademik dalam setiap proses penerbitan karya ilmiah.
Baca juga: Tips Proofreading Efektif untuk Minimalisir Kesalahan
Kesimpulan
Pada akhirnya, kesadaran dan kewaspadaan yang tinggi terhadap fenomena jurnal predator ini menjadi kunci bagi para peneliti untuk menghindari segala konsekuensi negatif yang dapat timbul. Karena hanya dengan mempublikasikan karya ilmiah di jurnal bereputasi dan berkualitas, integritas dan kredibilitas akademik dapat terjaga dengan baik. Melalui artikel ini, semoga para pembaca mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang bahaya jurnal predator serta cara-cara efektif untuk menghindarinya.
Dan jika kamu membutuhkan bantuan untuk menyelesaikan tugas makalah maupun konsultasi lebih lanjut tentang tugas kuliah lainnya, Kerjain.org siap membantumu, Hubungi Admin Kerjain.org dan ketahui lebih banyak layanan yang kami tawarkan.