Plagiasi berasal dari kata Latin plagiarius yang berarti pencuri. Dalam konteks akademik, plagiasi merujuk pada tindakan mengambil ide, tulisan, data, atau hasil penelitian orang lain tanpa memberikan pengakuan yang layak kepada pemilik aslinya. Dalam publikasi jurnal, plagiasi seringkali terjadi karena penulis ingin mempercepat proses publikasi atau mengejar target jumlah karya yang harus dipublikasikan. Plagiasi dianggap sebagai pelanggaran serius karena bertentangan dengan prinsip kejujuran dan integritas akademik.
Bentuk paling umum dari plagiasi adalah copy-paste langsung dari karya orang lain tanpa mencantumkan sumber. Misalnya, seorang penulis menyalin kalimat atau paragraf dari artikel jurnal lain dan menempelkannya ke dalam manuskrip tanpa memberikan kutipan. Bentuk ini sangat mudah dideteksi dengan perangkat lunak pendeteksi plagiasi seperti Turnitin, iThenticate, dan PlagScan.
Selain itu, terdapat pula plagiasi parafrasa, yaitu menyalin ide atau gagasan orang lain dengan sedikit perubahan kata namun tetap mempertahankan struktur aslinya. Meskipun terlihat berbeda di permukaan, plagiasi parafrasa tetap melanggar etika karena gagasan utama tidak berasal dari penulis sendiri. Hal ini seringkali lebih sulit dideteksi, sehingga membutuhkan ketelitian reviewer.
Plagiasi juga bisa berbentuk plagiasi data, yaitu penggunaan data atau hasil penelitian orang lain tanpa izin atau tanpa mencantumkan sumbernya. Dalam kasus yang lebih serius, penulis bahkan memalsukan data dengan mengklaim hasil penelitian orang lain sebagai temuannya sendiri. Hal ini tidak hanya merusak reputasi, tetapi juga dapat membahayakan masyarakat jika data yang dipalsukan digunakan dalam bidang kesehatan atau kebijakan publik.
Tidak kalah penting adalah self-plagiarism atau plagiasi diri sendiri. Bentuk ini terjadi ketika seorang penulis menggunakan kembali karya atau bagian dari publikasi sebelumnya tanpa mencantumkan keterangan bahwa karya tersebut sudah pernah dipublikasikan. Meskipun terlihat tidak merugikan orang lain, self-plagiarism tetap dianggap pelanggaran karena melanggar prinsip orisinalitas dalam publikasi akademik.
Dengan demikian, plagiasi dalam publikasi jurnal memiliki banyak bentuk, baik yang terlihat jelas maupun yang lebih halus. Semuanya memiliki konsekuensi serius karena merusak fondasi utama ilmu pengetahuan: kejujuran, orisinalitas, dan integritas.
Baca Juga : Plagiasi Langsung dan Tidak Langsung dalam Dunia Akademik: Bentuk, Dampak, Strategi Pencegahan, serta Relevansinya terhadap Integritas Ilmiah dan Etika Penulisan
Faktor Penyebab Terjadinya Plagiasi dalam Publikasi Jurnal
Fenomena plagiasi tidak muncul begitu saja. Ada berbagai faktor yang melatarbelakanginya, baik dari sisi individu penulis, lingkungan akademik, maupun sistem publikasi itu sendiri. Pemahaman tentang faktor penyebab ini penting untuk merumuskan strategi pencegahan yang tepat.
Pertama, tekanan akademik sering menjadi penyebab utama. Banyak institusi pendidikan dan lembaga penelitian menekankan pentingnya publikasi sebagai syarat kenaikan jabatan, kelulusan, atau penghargaan tertentu. Tekanan untuk memenuhi target ini sering membuat penulis tergoda melakukan jalan pintas melalui plagiasi.
Kedua, kurangnya pemahaman tentang etika publikasi. Tidak semua penulis, terutama mahasiswa atau peneliti pemula, memahami apa yang dimaksud dengan plagiasi dan bagaimana cara menghindarinya. Ketidaktahuan dalam teknik parafrasa, penulisan sitasi, atau pencantuman daftar pustaka sering berujung pada plagiasi tidak disengaja.
Faktor ketiga adalah keterbatasan kemampuan menulis akademik. Menulis artikel ilmiah bukan hal yang mudah; dibutuhkan keterampilan khusus untuk meramu ide menjadi tulisan yang runtut dan sistematis. Penulis yang kurang percaya diri dengan kemampuan menulisnya sering memilih menyalin karya orang lain.
Selain itu, akses informasi yang mudah di era digital turut berperan. Dengan ketersediaan artikel jurnal secara online, penulis dapat dengan cepat menemukan dan menyalin informasi tanpa perlu usaha keras. Hal ini meningkatkan risiko plagiasi jika tidak diimbangi dengan kesadaran etika.
Terakhir, lemahnya mekanisme pengawasan juga berkontribusi. Jika lembaga akademik, editor jurnal, atau reviewer tidak ketat dalam memeriksa orisinalitas karya, penulis akan merasa aman untuk melakukan plagiasi. Oleh karena itu, faktor penyebab plagiasi harus dipandang sebagai kombinasi antara aspek individu, lingkungan, dan sistem.
Jenis-Jenis dan Contoh Plagiasi dalam Publikasi Jurnal
Plagiasi memiliki beragam jenis yang dapat terjadi dalam publikasi akademik. Berikut adalah jenis-jenis plagiasi beserta contohnya:
a. Plagiasi Langsung
Menyalin teks, kalimat, atau paragraf dari karya orang lain tanpa mencantumkan sumber.
Contoh: Menyalin abstrak dari artikel jurnal lain ke dalam manuskrip tanpa menyebutkan referensi.
b. Plagiasi Parafrasa
Menggunakan gagasan orang lain dengan mengganti beberapa kata tetapi tetap mempertahankan struktur aslinya.
Contoh: Mengubah istilah teknis dalam artikel orang lain tetapi alur penjelasan tetap sama.
c. Plagiasi Data
Menggunakan data atau hasil penelitian orang lain tanpa izin atau pengakuan.
Contoh: Mengklaim hasil eksperimen laboratorium orang lain sebagai data penelitian sendiri.
d. Self-Plagiarism
Menggunakan kembali karya sendiri yang sudah dipublikasikan tanpa memberikan keterangan.
Contoh: Menerbitkan artikel baru dengan sebagian besar isi dari artikel lama tanpa menyatakan bahwa itu publikasi ulang.
e. Mosaic Plagiarism
Menggabungkan potongan-potongan teks dari berbagai sumber lalu merangkainya seolah-olah sebagai karya asli.
Contoh: Menyusun artikel dari beberapa sumber dengan perubahan kecil tanpa sitasi yang jelas.

Strategi Pencegahan dan Penanganan Plagiasi dalam Publikasi Jurnal
Untuk menjaga integritas publikasi ilmiah, berbagai strategi pencegahan dan penanganan plagiasi dapat dilakukan. Strategi ini melibatkan penulis, lembaga akademik, serta penerbit jurnal. Berikut langkah-langkah penting yang bisa diterapkan:
a. Edukasi Etika Akademik
Mahasiswa dan peneliti pemula harus mendapatkan pelatihan tentang etika penulisan, cara melakukan sitasi, dan penggunaan gaya referensi yang benar.
b. Penggunaan Software Pendeteksi Plagiasi
Editor dan reviewer harus rutin menggunakan perangkat lunak seperti Turnitin, iThenticate, atau PlagScan untuk memeriksa tingkat kesamaan teks.
c. Meningkatkan Keterampilan Menulis Akademik
Institusi akademik perlu menyediakan program pelatihan menulis ilmiah untuk membantu penulis mengembangkan kemampuan menyusun argumen dan parafrasa.
d. Penerapan Kebijakan Ketat oleh Jurnal
Jurnal harus memiliki kebijakan anti-plagiasi yang jelas, termasuk sanksi bagi penulis yang terbukti melakukan plagiasi, seperti penarikan artikel atau larangan publikasi.
e. Kolaborasi dan Bimbingan Penelitian
Dosen pembimbing harus aktif membimbing mahasiswa agar tidak tergoda melakukan plagiasi dan menanamkan nilai-nilai kejujuran akademik sejak dini.
Tantangan dalam Menegakkan Etika Publikasi Jurnal
Meski sudah banyak strategi pencegahan, penerapan etika publikasi jurnal masih menghadapi tantangan besar. Salah satunya adalah deteksi plagiasi parafrasa. Perangkat lunak sering kesulitan mendeteksi plagiasi jika penulis mengubah kata tetapi mempertahankan struktur dan ide.
Tantangan lain adalah budaya akademik yang masih menekankan kuantitas dibanding kualitas. Banyak institusi menilai kinerja dosen dan peneliti dari jumlah publikasi, bukan kontribusi substansial. Hal ini mendorong praktik plagiasi atau publikasi tidak etis lainnya.
Selain itu, kurangnya kesadaran penulis tentang self-plagiarism membuat banyak artikel ditolak karena dianggap duplikasi. Banyak penulis merasa bahwa menggunakan kembali karya sendiri bukanlah masalah, padahal tetap melanggar prinsip publikasi.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, diperlukan perubahan paradigma dalam dunia akademik, dari yang menekankan kuantitas menjadi kualitas. Selain itu, jurnal juga harus memperkuat sistem editorial dan peer review agar kasus plagiasi dapat diminimalkan.
Baca Juga : Turnitin untuk Mengecek Plagiasi dalam Penulisan Ilmiah, Skripsi, dan Karya Akademik Mahasiswa di Era Digital
Kesimpulan
Plagiasi dalam publikasi jurnal merupakan ancaman serius terhadap integritas akademik dan perkembangan ilmu pengetahuan. Bentuk plagiasi yang beragam—mulai dari plagiasi langsung, parafrasa, hingga plagiasi data dan self-plagiarism—menunjukkan bahwa masalah ini kompleks dan memerlukan perhatian dari semua pihak.
Faktor penyebab plagiasi dapat berasal dari tekanan akademik, keterbatasan kemampuan menulis, lemahnya pemahaman etika, hingga sistem pengawasan yang kurang ketat. Oleh karena itu, strategi pencegahan harus dilakukan secara komprehensif melalui edukasi, penggunaan software pendeteksi, peningkatan keterampilan menulis, serta penerapan kebijakan ketat oleh jurnal.
Dengan kesadaran kolektif dan komitmen dari penulis, pembimbing, lembaga akademik, serta penerbit jurnal, plagiasi dapat ditekan seminimal mungkin. Menjaga kejujuran dan integritas publikasi bukan hanya untuk melindungi reputasi individu, tetapi juga demi kelestarian dan kemajuan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
Dan jika kamu membutuhkan bantuan untuk menyelesaikan tugas makalah maupun konsultasi lebih lanjut tentang jasa kerjain tugas kuliah lainnya, maka kerjain.org siap membantu. Hubungi Admin Kerjain.org dan ketahui lebih banyak layanan yang kami tawarkan.