Cara Melaporkan Jurnal Predator: Pengertian, Ciri-Ciri, Prosedur Laporan, Dampak Akademik, dan Strategi Pencegahan bagi Peneliti dan Akademisi

Jurnal predator merupakan istilah yang semakin populer dalam dunia akademik, terutama sejak fenomena publikasi palsu dan eksploitasi ilmuwan mulai marak terjadi. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Jeffrey Beall, seorang pustakawan akademik asal Amerika Serikat, yang membuat daftar “Beall’s List” berisi jurnal-jurnal dan penerbit yang dianggap predator. Jurnal predator umumnya menarik penulis dengan janji proses penerbitan cepat, namun mengorbankan integritas dan kualitas ilmiah.

Keberadaan jurnal predator muncul akibat meningkatnya tekanan publikasi di kalangan akademisi. Di banyak institusi pendidikan tinggi, publikasi di jurnal internasional bereputasi menjadi syarat penting untuk kenaikan jabatan, memperoleh hibah penelitian, maupun menambah reputasi akademik. Sayangnya, kondisi ini dimanfaatkan oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab untuk mendirikan jurnal abal-abal yang hanya mengejar keuntungan finansial. Mereka mengandalkan pengetahuan terbatas peneliti pemula dan ketidakpahaman sebagian akademisi terhadap standar publikasi yang benar.

Selain itu, perkembangan teknologi digital turut mempermudah maraknya jurnal predator. Jika dahulu penerbitan jurnal membutuhkan proses panjang dan biaya besar, kini dengan modal website sederhana siapa pun bisa membuat “jurnal internasional” palsu. Situasi ini membuat banyak peneliti tertipu, apalagi jika mereka tergiur dengan janji publikasi cepat dan pengakuan internasional yang instan.

Permasalahan jurnal predator juga memperlihatkan adanya kesenjangan literasi akademik antara negara maju dan berkembang. Di banyak negara berkembang, keterbatasan akses informasi, minimnya pengalaman publikasi, serta dorongan kuat untuk meningkatkan jumlah publikasi membuat peneliti lebih rentan menjadi korban. Hal ini menyebabkan reputasi ilmuwan dari negara berkembang kerap dipertanyakan di tingkat internasional.

Dengan memahami latar belakang kemunculan jurnal predator, peneliti dapat lebih waspada. Kesadaran akan ancaman jurnal predator bukan hanya untuk melindungi reputasi individu, tetapi juga menjaga kualitas ilmu pengetahuan secara global. Oleh sebab itu, mengenali dan melaporkan jurnal predator menjadi langkah penting dalam menjaga integritas akademik.

Baca Juga : Dampak Publikasi Jurnal Predator terhadap Kualitas Akademik, Integritas Penelitian, Etika Ilmiah, Reputasi Perguruan Tinggi, serta Tantangan dan Solusi dalam Dunia Riset Global

Ciri-Ciri Jurnal Predator

Agar tidak terjebak, peneliti perlu mengenali ciri-ciri jurnal predator sejak awal. Salah satu ciri paling umum adalah proses publikasi yang terlalu cepat dan tidak wajar. Jurnal akademik bereputasi biasanya memerlukan waktu berminggu-minggu hingga berbulan-bulan untuk proses peer-review. Sebaliknya, jurnal predator sering menawarkan publikasi dalam hitungan hari. Hal ini menjadi tanda kuat bahwa artikel tidak benar-benar ditinjau secara akademik.

Selain itu, jurnal predator biasanya tidak transparan dalam menyebutkan biaya publikasi. Banyak jurnal resmi memang menerapkan Article Processing Charge (APC), tetapi biayanya jelas tercantum di website dan sebanding dengan kualitas yang ditawarkan. Berbeda dengan jurnal predator yang sering menyembunyikan biaya hingga artikel diterima, atau bahkan memberikan tagihan tambahan setelah publikasi.

Ciri lainnya adalah kualitas website yang buruk dan informasi editorial yang mencurigakan. Misalnya, daftar dewan redaksi (editorial board) tidak jelas, mencantumkan nama akademisi tanpa izin, atau bahkan menggunakan identitas palsu. Jurnal predator juga sering menampilkan faktor dampak (impact factor) palsu dari lembaga yang tidak kredibel, berbeda dengan jurnal bereputasi yang biasanya terindeks di Scopus, Web of Science, atau DOAJ.

Jurnal predator juga cenderung menerima artikel dari berbagai bidang tanpa fokus yang jelas. Sebuah jurnal ilmiah yang sehat biasanya memiliki ruang lingkup (scope) tertentu, misalnya khusus bioteknologi atau ilmu sosial. Namun, jurnal predator menerima semua artikel tanpa memperhatikan kesesuaian bidang, yang menunjukkan bahwa tujuan mereka hanyalah mengumpulkan biaya publikasi sebanyak-banyaknya.

Akhirnya, tanda lain yang bisa dikenali adalah praktik spamming melalui email. Banyak peneliti menerima undangan publikasi dari jurnal predator dengan bahasa yang tidak profesional, berlebihan, atau penuh kesalahan tata bahasa. Mereka juga sering meminta penulis untuk menjadi editor atau reviewer tanpa proses seleksi. Dengan mengenali ciri-ciri ini, peneliti dapat lebih hati-hati sebelum mengirimkan karya ilmiahnya.

Prosedur Melaporkan Jurnal Predator

Melaporkan jurnal predator merupakan langkah penting untuk menjaga ekosistem akademik yang sehat. Agar laporan efektif, peneliti harus mengetahui prosedur yang tepat. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan:

Pertama, lakukan dokumentasi bukti. Sebelum melapor, peneliti perlu mengumpulkan semua bukti terkait aktivitas jurnal predator, seperti email undangan, website jurnal, bukti pembayaran, hingga tangkapan layar proses komunikasi. Bukti ini akan memperkuat laporan dan menunjukkan bahwa jurnal tersebut memang bermasalah.

Kedua, laporkan ke institusi atau universitas. Banyak universitas kini memiliki unit atau komite etika penelitian yang menangani kasus publikasi predator. Peneliti dapat melaporkan secara resmi agar ada catatan internal dan tindakan preventif bagi akademisi lain di lingkungan yang sama.

Ketiga, melaporkan ke lembaga pengindeks. Jika jurnal predator mengklaim terindeks di Scopus, Web of Science, atau DOAJ, peneliti bisa menghubungi lembaga tersebut untuk memverifikasi klaim. Lembaga pengindeks biasanya menindak tegas jika ada jurnal yang mencatut nama mereka secara ilegal.

Keempat, gunakan forum atau database khusus. Beberapa organisasi menyediakan platform untuk melaporkan jurnal predator, misalnya Think. Check. Submit., Committee on Publication Ethics (COPE), hingga komunitas akademik di ResearchGate. Melalui forum ini, laporan akan tersebar luas sehingga lebih banyak peneliti yang waspada.

Kelima, sebarkan informasi secara etis. Setelah melapor, peneliti dapat membagikan pengalaman melalui blog pribadi, seminar akademik, atau media sosial dengan bahasa yang informatif, bukan menyerang. Tujuannya adalah mengedukasi peneliti lain agar tidak mengalami hal yang sama. Dengan langkah-langkah ini, pelaporan jurnal predator dapat memberikan dampak positif yang nyata.

WA 0821-3290-5754, Jasa Kerjain Tugas Kuliah,
konsultasi WA 0821-3290-5754, Jasa Kerjain Tugas kuliah, Jasa Kerjain Makalah, Jasa Kerjain Artikel

Dampak Publikasi di Jurnal Predator bagi Akademisi

Publikasi di jurnal predator membawa berbagai dampak negatif, baik bagi individu peneliti maupun ekosistem akademik secara luas. Beberapa dampak utama adalah sebagai berikut:

  • Kerugian finansial: Peneliti harus membayar biaya publikasi yang mahal, namun hasilnya tidak memberikan manfaat akademik yang sepadan. 
  • Kehilangan reputasi: Artikel yang terbit di jurnal predator jarang dihargai, bahkan dapat merusak reputasi penulis di kalangan akademisi. 
  • Tidak diakui dalam penilaian akademik: Banyak institusi tidak mengakui publikasi di jurnal predator sebagai syarat kenaikan jabatan atau hibah penelitian. 
  • Potensi plagiarisme: Artikel di jurnal predator seringkali tidak dilindungi dengan baik, sehingga mudah dicuri atau dipublikasikan ulang tanpa izin. 
  • Kerusakan citra akademik global: Maraknya publikasi predator membuat penelitian dari negara tertentu dianggap tidak kredibel, sehingga merugikan komunitas akademik yang lebih luas. 

Strategi Pencegahan agar Terhindar dari Jurnal Predator

Selain melaporkan, peneliti juga harus mengetahui strategi pencegahan agar tidak menjadi korban. Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan:

Pertama, selalu periksa kredibilitas jurnal sebelum mengirimkan artikel. Peneliti dapat mengecek apakah jurnal tersebut terindeks di database bereputasi seperti Scopus, Web of Science, atau DOAJ. Jika tidak ada bukti jelas, maka perlu berhati-hati.

Kedua, manfaatkan sumber daya yang tersedia. Beberapa organisasi menyediakan panduan untuk mengenali jurnal predator, seperti Think. Check. Submit. atau COPE. Dengan mengikuti panduan tersebut, peneliti lebih mudah membedakan jurnal predator dari jurnal asli.

Ketiga, konsultasikan dengan rekan sejawat atau pembimbing. Peneliti pemula sebaiknya tidak terburu-buru mengirim artikel tanpa berdiskusi dengan dosen atau kolega yang berpengalaman. Pengalaman orang lain dapat menjadi filter yang efektif untuk menghindari jebakan jurnal predator.

Keempat, tingkatkan literasi publikasi ilmiah. Peneliti harus terbiasa membaca artikel dari jurnal bereputasi untuk memahami standar kualitas yang benar. Dengan begitu, peneliti akan lebih peka terhadap kejanggalan yang ditawarkan jurnal predator.

Kelima, jadilah bagian dari komunitas akademik yang aktif. Diskusi di forum penelitian atau organisasi profesi membantu peneliti tetap update terhadap daftar jurnal predator terbaru. Kolaborasi dalam komunitas membuat peneliti lebih sulit tertipu.

Baca Juga : Jurnal Predator Cepat Publish: Dampak, Karakteristik, Risiko, Strategi Menghindari, dan Peran Akademisi dalam Menyikapi Fenomena Publikasi Ilmiah

Kesimpulan

Jurnal predator adalah ancaman nyata bagi dunia akademik karena merugikan peneliti, merusak reputasi, dan menurunkan kualitas ilmu pengetahuan. Dengan mengenali ciri-ciri jurnal predator, peneliti dapat lebih waspada sebelum mengirimkan karya ilmiahnya. Melaporkan jurnal predator juga menjadi tanggung jawab moral agar peneliti lain tidak mengalami kerugian yang sama.

Prosedur pelaporan dapat dilakukan melalui universitas, lembaga pengindeks, hingga forum akademik internasional. Dampak dari publikasi di jurnal predator sangat merugikan, baik secara finansial maupun reputasi. Oleh karena itu, pencegahan menjadi kunci utama, dengan meningkatkan literasi publikasi, memeriksa kredibilitas jurnal, serta aktif dalam komunitas akademik.

Dengan langkah-langkah pelaporan dan pencegahan yang tepat, dunia akademik dapat lebih bersih dari praktik predator. Pada akhirnya, menjaga integritas publikasi bukan hanya demi kepentingan individu, tetapi juga demi kemajuan ilmu pengetahuan dan martabat akademisi di seluruh dunia.

Dan jika kamu membutuhkan bantuan untuk menyelesaikan tugas makalah maupun konsultasi lebih lanjut tentang jasa kerjain tugas kuliah lainnya, maka kerjain.org siap membantu. Hubungi Admin Kerjain.org dan ketahui lebih banyak layanan yang kami tawarkan.

Table of Contents

RECENT POST

COMPANY

About Us

Contact Us

F.A.Q

SERVICE

Makalah

Artikel Ilmiah dan Jurnal

Translate dan Proofreading

LOCATION

Grand Pesona Pandanwangi D.6 Jl. Simpang L.A Sucipto Gang Makam Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Blimbing Kota Malang Jawa Timur 65124

+62 821-3290-5754

cs.kerjaintugas@gmail.com

Monday – Friday / 09.00 – 16.00 WIB

COPYRIGHT 2022 | KERJAIN.ORG