Self-efficacy pada dasarnya adalah keyakinan individu terhadap kemampuan dirinya dalam melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai suatu hasil. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Albert Bandura, seorang psikolog terkenal yang mengembangkan teori pembelajaran sosial. Menurut Bandura, self-efficacy memengaruhi bagaimana seseorang berpikir, merasakan, memotivasi diri, serta berperilaku dalam berbagai situasi. Keyakinan diri yang kuat biasanya mendorong seseorang untuk terus berusaha, sedangkan self-efficacy yang rendah membuat seseorang menghindari tantangan.
Dalam kehidupan sehari-hari, self-efficacy dapat terlihat dari bagaimana seseorang menghadapi tugas sekolah, pekerjaan, hubungan sosial, maupun masalah pribadi. Individu dengan self-efficacy tinggi akan melihat tantangan sebagai peluang untuk belajar, sedangkan individu dengan self-efficacy rendah cenderung merasa ragu atau takut gagal. Oleh karena itu, mengidentifikasi dan mengukur self-efficacy sangat penting, baik untuk kepentingan penelitian, pendidikan, maupun pengembangan diri.
Bandura menyebutkan bahwa self-efficacy bersifat spesifik, artinya keyakinan seseorang bisa tinggi dalam satu hal namun rendah dalam hal lainnya. Misalnya, seseorang mungkin sangat percaya diri dalam matematika tetapi kurang yakin dalam kemampuan berbicara di depan umum. Hal ini membuat instrumen self-efficacy harus disesuaikan dengan konteks tujuan pengukurannya.
Self-efficacy terbentuk dari empat sumber utama: pengalaman keberhasilan, pengalaman vicarious (melihat orang lain berhasil), persuasi verbal atau dukungan dari orang lain, serta kondisi psikologis dan emosional. Keempat sumber ini menjadi dasar teori dalam pelatihan, pendidikan, maupun asesmen self-efficacy. Instrumen self-efficacy dirancang untuk menggambarkan sejauh mana individu merasa mampu berdasarkan sumber-sumber tersebut.
Dengan memahami dasar teori ini, kita dapat mengembangkan instrumen yang tepat, akurat, dan sesuai dengan kebutuhan. Pengukuran self-efficacy tidak hanya penting untuk mengetahui tingkat keyakinan diri seseorang, tetapi juga untuk merancang intervensi atau strategi peningkatan self-efficacy yang lebih efektif.
Baca Juga : Pengembangan Instrumen Self-Efficacy sebagai Dasar Pengukuran Keyakinan Diri dalam Proses Pembelajaran dan Pengembangan Potensi Individu
Jenis Self-Efficacy dan Contoh Instrumennya
Self-efficacy memiliki berbagai jenis atau kategori tergantung pada konteks penggunaannya. Salah satu jenis yang sering dibahas adalah academic self-efficacy, yaitu keyakinan individu dalam menghadapi tugas akademik seperti ujian, presentasi, atau tugas harian. Instrumen yang digunakan biasanya berisi pernyataan seperti: “Saya yakin dapat menyelesaikan tugas meskipun sulit,” atau “Saya dapat memahami materi pelajaran jika saya berusaha keras.” Pernyataan tersebut dinilai dengan skala Likert mulai dari sangat tidak setuju hingga sangat setuju.
Jenis lainnya adalah social self-efficacy, yaitu keyakinan seseorang dalam kemampuan sosialnya seperti berkomunikasi, bekerja sama, atau memulai interaksi. Contoh item instrumennya adalah: “Saya bisa memulai percakapan dengan orang baru,” atau “Saya dapat bekerja sama dengan teman dalam kelompok tanpa kesulitan.” Penilaian ini sering digunakan dalam konseling, pendidikan, hingga pelatihan soft skill.
Ada juga emotional self-efficacy, yaitu kemampuan mengelola emosi dan menghadapi situasi yang menimbulkan tekanan. Contoh instrumennya mencakup pernyataan seperti: “Saya mampu tetap tenang saat menghadapi masalah besar,” atau “Saya bisa mengendalikan amarah ketika mendapat kritik.” Jenis ini sangat penting untuk asesmen kesehatan mental dan manajemen stres.
Di dunia kerja, dikenal occupational self-efficacy yang mengukur keyakinan seseorang dalam menjalankan pekerjaan atau tugas profesional. Contohnya: “Saya yakin dapat menyelesaikan pekerjaan tepat waktu,” atau “Saya dapat mengatasi hambatan pekerjaan yang tiba-tiba muncul.” Instrumen ini sering digunakan oleh HR untuk mengevaluasi kesiapan karyawan.
Jenis terakhir adalah general self-efficacy, yaitu keyakinan umum seseorang dalam menghadapi berbagai situasi kehidupan. Itemnya bersifat lebih umum seperti: “Saya selalu dapat menemukan cara untuk menghadapi masalah,” atau “Saya mampu menangani apa pun yang terjadi pada saya.” Instrumen ini memberikan gambaran luas tentang keyakinan diri seseorang di berbagai aspek kehidupan.
Manfaat Instrumen Self-Efficacy
Manfaat umum instrumen self-efficacy:
- Membantu mengidentifikasi tingkat keyakinan diri individu dalam konteks tertentu.
- Menjadi dasar untuk memberikan intervensi pendidikan atau psikologis.
- Membantu guru atau konselor memahami kebutuhan murid dalam proses belajar.
- Meningkatkan efektivitas program latihan, pelatihan, atau pengembangan diri.
- Memberikan data objektif untuk keperluan penelitian ilmiah.
Instrumen self-efficacy juga membantu dalam pemetaan potensi seseorang. Dengan mengetahui area yang memiliki self-efficacy rendah, seorang pendidik dapat memberikan bantuan yang lebih tepat sasaran. Misalnya, jika seorang siswa memiliki self-efficacy rendah dalam membaca, guru dapat memberikan dukungan tambahan, motivasi, atau teknik belajar tertentu.
Selain itu, instrumen ini juga bermanfaat untuk mengukur perubahan. Misalnya, setelah pelatihan atau intervensi tertentu, instrumen dapat digunakan kembali untuk melihat apakah ada peningkatan self-efficacy. Hal ini penting dalam evaluasi program. Peneliti atau praktisi dapat menentukan apakah program tersebut efektif.
Instrumen self-efficacy pun dapat menjadi pedoman dalam pengembangan karakter. Individu yang mengetahui tingkat self-efficacy dirinya akan lebih mudah memperbaiki aspek tertentu. Mereka dapat menetapkan strategi peningkatan, seperti latihan, belajar dari role model, atau mengikuti kegiatan yang menantang.
Terakhir, instrumen ini juga membantu membangun kesadaran diri. Banyak orang tidak sadar seberapa besar pengaruh keyakinan diri terhadap tindakan mereka. Dengan instrumen ini, mereka bisa memahami kekuatan dan kelemahan dirinya secara lebih terstruktur.

Kelebihan dan Kekurangan Instrumen Self-Efficacy
Kelebihan instrumen self-efficacy:
- Dapat digunakan di berbagai bidang seperti pendidikan, pekerjaan, kesehatan, dan sosial.
- Mudah diadministrasikan menggunakan kuesioner sederhana.
- Memberikan gambaran spesifik tentang kemampuan yang dirasakan individu.
- Fleksibel dan bisa disesuaikan dengan konteks tertentu.
- Hemat biaya dan waktu, terutama untuk pengukuran skala besar.
Instrumen ini sangat bermanfaat karena sifatnya yang praktis. Peneliti tidak memerlukan peralatan khusus untuk mengukur self-efficacy. Cukup dengan lembar kuesioner atau formulir digital, data dapat diperoleh dengan cepat. Selain itu, instrumen self-efficacy mudah dipahami oleh responden sehingga tingkat respons biasanya tinggi.
Meskipun memiliki kelebihan, instrumen self-efficacy juga memiliki kelemahan. Salah satu kekurangannya adalah sifatnya yang subjektif. Pengukuran melalui kuesioner bergantung pada kejujuran dan persepsi masing-masing individu. Ada kemungkinan seseorang menilai dirinya terlalu tinggi atau terlalu rendah.
Kekurangan instrumen self-efficacy:
- Bersifat subjektif karena berdasarkan persepsi diri.
- Tidak selalu mencerminkan kemampuan nyata seseorang.
- Dapat dipengaruhi suasana hati saat pengisian.
- Memerlukan penyesuaian yang tepat agar valid dan reliabel.
- Tidak cocok digunakan sebagai satu-satunya alat asesmen.
Selain itu, kemungkinan bias juga bisa terjadi. Misalnya, responden mungkin memberikan jawaban yang menurut mereka “baik” secara sosial, bukan jawaban yang benar-benar menggambarkan diri mereka. Oleh karena itu, penting menggabungkan instrumen self-efficacy dengan asesmen lain untuk mendapatkan data yang lebih akurat.
Contoh Instrumen Self-Efficacy dan Cara Menggunakannya
Contoh instrumen self-efficacy yang sering digunakan adalah bentuk kuesioner dengan skala penilaian Likert 1–5. Misalnya dalam konteks akademik, item yang digunakan dapat berupa: “Saya dapat memahami materi pelajaran meskipun sulit,” “Saya mampu menyelesaikan tugas tepat waktu,” atau “Saya bisa menghadapi ujian dengan percaya diri.” Pengguna cukup memilih tingkat persetujuan mulai dari sangat tidak setuju hingga sangat setuju. Semakin tinggi skor, semakin tinggi pula self-efficacy individu.
Dalam konteks pekerjaan, item instrumen mungkin mencakup pernyataan seperti: “Saya yakin dapat menyelesaikan tugas meskipun dalam tekanan,” atau “Saya dapat bekerja secara efisien dalam tim.” Instrumen ini biasanya digunakan oleh HR atau manajer untuk menilai kesiapan karyawan dalam menghadapi tugas tertentu. Hasilnya kemudian dianalisis untuk menentukan strategi pelatihan atau pembagian tugas yang lebih efektif.
Untuk penggunaan konseling, instrumen dapat mencakup aspek sosial dan emosional. Contohnya: “Saya bisa mengelola stres dengan baik,” atau “Saya mampu mengutarakan pendapat kepada orang lain.” Hasil asesmen membantu konselor menentukan pendekatan terapi atau bimbingan yang tepat bagi klien.
Instrumen self-efficacy harus digunakan dengan prosedur yang benar. Penyusun instrumen perlu memperhatikan aspek validitas dan reliabilitas agar hasilnya akurat dan dapat dipercaya. Proses uji coba atau pilot test biasanya diperlukan untuk memastikan setiap item berfungsi dengan baik. Selain itu, konteks penggunaannya harus konsisten, misalnya instrumen akademik tidak boleh digunakan untuk menilai self-efficacy dalam pekerjaan.
Setelah data diperoleh, langkah selanjutnya adalah menginterpretasikan skor. Skor tinggi menandakan keyakinan diri yang kuat, sedangkan skor rendah menunjukkan perlunya intervensi atau dukungan tambahan. Dengan interpretasi yang tepat, instrumen self-efficacy dapat menjadi alat penting dalam pendidikan, karier, maupun pengembangan pribadi.
Baca Juga : Pembahasan Instrumen Self-Efficacy sebagai Landasan Pengukuran Kepercayaan Diri Individu dalam Mencapai Tujuan dan Mengatasi Tantangan
Kesimpulan
Self-efficacy merupakan konsep penting yang mencerminkan keyakinan seseorang terhadap kemampuan dirinya dalam menghadapi tugas atau situasi tertentu. Instrumen self-efficacy berfungsi untuk mengukur tingkat keyakinan tersebut secara terstruktur dan sistematis. Dengan memahami pengertian, jenis, manfaat, kelebihan, kekurangan, serta contoh instrumen yang tepat, kita dapat menggambarkan kondisi psikologis seseorang dengan lebih akurat.
Instrumen self-efficacy tidak hanya berguna dalam penelitian, tetapi juga dalam pendidikan, konseling, dan dunia kerja. Penggunaan instrumen ini membantu mengidentifikasi kebutuhan individu, merancang intervensi, dan mengevaluasi perkembangan kemampuan diri. Meskipun memiliki beberapa kekurangan, instrumen self-efficacy tetap menjadi alat penting yang sangat bermanfaat.
Pada akhirnya, self-efficacy berpengaruh besar terhadap motivasi, perilaku, dan kesuksesan seseorang. Dengan mengukur serta meningkatkan self-efficacy, setiap individu dapat mengembangkan potensi dirinya secara optimal dan menghadapi tantangan hidup dengan lebih percaya diri.
Dan jika kamu membutuhkan bantuan untuk menyelesaikan tugas makalah maupun konsultasi lebih lanjut tentang jasa kerjain tugas kuliah lainnya, maka kerjain.org siap membantu. Hubungi Admin Kerjain.org dan ketahui lebih banyak layanan yang kami tawarkan.