Self-efficacy pertama kali dikenalkan oleh Albert Bandura sebagai keyakinan seseorang terhadap kemampuan dirinya dalam mengontrol fungsi diri dan kejadian di sekitar. Konsep ini berbeda dari konsep kepercayaan diri umum, karena self-efficacy selalu terkait dengan situasi atau tugas tertentu. Misalnya, seseorang dapat memiliki self-efficacy tinggi dalam matematika, namun rendah dalam berbicara di depan publik. Karena sifatnya yang spesifik, diperlukan instrumen yang tepat untuk memetakan keyakinan diri dalam setiap konteks tersebut.
Pengukuran self-efficacy penting dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai kesiapan seseorang menghadapi tugas tertentu. Dalam pendidikan misalnya, guru dapat mengetahui apakah siswa memiliki keyakinan diri yang cukup untuk menyelesaikan soal matematika atau berpartisipasi dalam diskusi kelas. Jika tingkat self-efficacy rendah, guru dapat memberikan pendekatan pembelajaran berbeda untuk meningkatkan kepercayaan siswa. Dengan demikian, pengukuran menjadi langkah awal dalam perbaikan sistem pendidikan maupun intervensi psikologis.
Selain pendidikan, self-efficacy juga berperan dalam dunia kerja. Pegawai dengan self-efficacy tinggi cenderung memiliki inisiatif, mampu beradaptasi dengan perubahan, dan lebih tahan terhadap tekanan. Organisasi dapat memanfaatkan instrumen pengukuran ini untuk menilai kesiapan karyawan dalam menjalankan tugas baru, menerima tanggung jawab, atau mengikuti pelatihan tertentu. Pengukuran memungkinkan perusahaan menentukan strategi peningkatan kompetensi dan produktivitas.
Dari sudut pandang psikologi klinis, instrumen pengukuran self-efficacy dapat membantu terapis memahami kondisi klien secara lebih mendalam. Klien dengan self-efficacy rendah biasanya mengalami kecemasan, mudah menyerah, atau merasa tidak mampu mengubah keadaan. Dengan mengetahui area mana yang lemah, terapis dapat menyusun intervensi kognitif-perilaku yang lebih terarah.
Secara keseluruhan, pengertian serta pentingnya self-efficacy menjadi dasar mengapa instrumen pengukuran ini terus dikembangkan. Tanpa alat ukur yang baik, sulit menilai secara objektif sejauh mana keyakinan diri seseorang dan bagaimana strategi untuk meningkatkannya.
Baca Juga : Instrumen General Self-Efficacy sebagai Dasar Pengukuran Keyakinan Diri dalam Menghadapi Tantangan dan Tuntutan Hidup
Karakteristik Instrumen Pengukuran Self-Efficacy
Instrumen pengukuran self-efficacy dirancang untuk menilai keyakinan seseorang pada kemampuan dirinya dalam konteks tertentu. Karakteristik utama instrumen ini adalah spesifik terhadap tugas, situasi, atau domain tertentu. Bandura menekankan bahwa self-efficacy tidak dapat diukur secara global, sehingga instrumen yang terlalu umum cenderung kurang akurat. Oleh sebab itu, setiap alat ukur umumnya disesuaikan dengan bidang tertentu, seperti akademik, sosial, kesehatan, atau pekerjaan.
Instrumen self-efficacy biasanya menggunakan skala penilaian berbentuk rating scale atau Likert scale. Responden diminta menilai diri mereka dengan pilihan jawaban seperti “sangat mampu”, “mampu”, “kurang mampu”, hingga “tidak mampu”. Penggunaan skala ini bertujuan memberikan gambaran yang lebih rinci mengenai tingkat keyakinan seseorang. Instrumen juga sering dianalisis secara statistik untuk memastikan reliabilitas dan validitasnya.
Selain format skala, instrumen ini memiliki indikator tertentu yang menjadi dasar penilaian. Indikator tersebut antara lain keyakinan mengatasi hambatan, kemampuan menyelesaikan tugas, pengaturan diri, dan persisten dalam menghadapi kesulitan. Masing-masing indikator dipilih berdasarkan teori Bandura mengenai sumber dan aspek self-efficacy. Semakin lengkap indikator yang digunakan, semakin baik instrumen tersebut menilai kondisi individu.
Instrumen pengukuran self-efficacy juga harus sensitif terhadap perubahan. Artinya, alat ukur harus dapat menangkap perkembangan atau penurunan self-efficacy seseorang setelah intervensi atau pengalaman tertentu. Sensitivitas ini penting dalam penelitian maupun evaluasi program pendidikan atau pelatihan. Tanpa sensitivitas yang baik, instrumen tidak akan mampu menunjukkan perubahan nyata.
Instrumen yang baik juga harus mudah digunakan, jelas, dan tidak menimbulkan ambiguitas. Instrumen yang rumit akan membuat responden bingung dan menghasilkan data yang tidak akurat. Oleh karena itu, pembuatan instrumen harus mempertimbangkan aspek keterbacaan, bahasa yang sederhana, serta panduan pengisian yang jelas agar hasilnya dapat diinterpretasikan dengan tepat.
Jenis-Jenis Instrumen Pengukuran Self-Efficacy
Jenis instrumen pengukuran self-efficacy dibedakan berdasarkan konteks dan tujuan pengukuran. Beberapa jenis yang umum digunakan antara lain:
1. General Self-Efficacy Scale (GSES)
- Mengukur keyakinan umum terhadap kemampuan diri menyelesaikan berbagai tantangan kehidupan.
- Dikembangkan oleh Schwarzer & Jerusalem.
- Menggunakan skala Likert dan terdiri dari beberapa pernyataan umum tentang kemampuan mengatasi hambatan.
2. Academic Self-Efficacy Scale
- Digunakan untuk menilai keyakinan diri siswa dalam menyelesaikan tugas akademik.
- Fokus pada kemampuan belajar, pemahaman materi, dan manajemen waktu.
- Sangat relevan di sekolah dan perguruan tinggi.
3. Social Self-Efficacy Scale
- Mengukur keyakinan diri seseorang dalam berinteraksi sosial.
- Cocok untuk menilai kemampuan komunikasi, membangun relasi, dan menghadapi lingkungan baru.
4. Self-Efficacy for Exercise atau Health Self-Efficacy
- Fokus pada keyakinan diri individu dalam menjaga kesehatan.
- Banyak digunakan dalam penelitian kebugaran, diet, dan pencegahan penyakit.
5. Work-Related Self-Efficacy Scale
- Menilai keyakinan karyawan dalam menjalankan tugas pekerjaan.
- Digunakan oleh perusahaan untuk menilai kesiapan, motivasi, dan adaptasi pegawai.

Manfaat, Kelebihan, dan Kekurangan Instrumen
Manfaat Instrumen Pengukuran Self-Efficacy
- Memberikan gambaran objektif mengenai tingkat keyakinan diri seseorang.
- Membantu guru, psikolog, atau perusahaan membuat intervensi yang tepat.
- Menjadi dasar evaluasi sebelum dan setelah program pelatihan.
- Mengidentifikasi area kelemahan yang perlu diperbaiki.
- Mendukung penelitian dalam bidang psikologi, pendidikan, dan manajemen.
Kelebihan Instrumen
- Mudah digunakan dan dapat diterapkan pada berbagai kelompok usia.
- Efisien dan tidak membutuhkan waktu lama untuk mengisi.
- Dapat disesuaikan dengan konteks tertentu sehingga menghasilkan data lebih spesifik.
- Dilengkapi indikator yang valid dan reliabel dalam teori psikologi modern.
- Hasilnya dapat dianalisis secara kuantitatif maupun kualitatif.
Kekurangan Instrumen
- Bergantung pada kejujuran dan persepsi responden.
- Sering kali tidak menggambarkan perilaku nyata secara lengkap.
- Instrumen yang terlalu umum kurang mampu menilai situasi spesifik.
- Beberapa instrumen membutuhkan validasi lanjutan sebelum digunakan.
- Rentan bias jika responden memiliki persepsi diri yang tidak realistis.
Penggunaan Instrumen dalam Penelitian dan Praktik
Instrumen pengukuran self-efficacy banyak digunakan dalam penelitian untuk mempelajari hubungan antara keyakinan diri dengan motivasi belajar, perilaku kerja, kesehatan mental, dan produktivitas. Peneliti dapat membandingkan tingkat self-efficacy antar kelompok, menguji efektivitas program tertentu, atau memprediksi hasil dari intervensi psikologis. Dengan alat ukur yang tepat, penelitian menjadi lebih akurat dan dapat memberikan kontribusi besar pada ilmu pengetahuan.
Dalam pendidikan, instrumen ini digunakan guru dan konselor untuk mendiagnosis permasalahan belajar siswa. Siswa dengan self-efficacy rendah biasanya mengalami kesulitan memahami materi, mudah menyerah, dan kurang percaya diri. Data dari instrumen membantu guru menyusun strategi pembelajaran yang lebih efektif, seperti memberikan tugas bertahap atau bimbingan khusus.
Di dunia kerja, perusahaan menggunakan alat ukur self-efficacy untuk menilai potensi karyawan, terutama saat rekrutmen, pelatihan, atau promosi jabatan. Hasil pengukuran membantu perusahaan menilai apakah seseorang mampu menghadapi tekanan pekerjaan, menguasai tugas teknis, atau memimpin tim. Penggunaan instrumen ini mendukung pengembangan SDM berbasis data.
Dalam psikologi klinis, pengukuran self-efficacy menjadi bagian penting dalam proses asesmen. Terapis dapat mengetahui seberapa besar keyakinan klien dalam mengatasi kecemasan, depresi, atau situasi sosial tertentu. Data dari pengukuran tersebut digunakan untuk menyusun terapi kognitif dan latihan perilaku yang sesuai.
Instrumen ini juga bermanfaat dalam bidang kesehatan, terutama untuk program diet, olahraga, dan manajemen penyakit kronis. Individu yang memiliki self-efficacy tinggi lebih patuh pada program kesehatan, lebih konsisten dalam olahraga, dan lebih cepat pulih setelah sakit.
Baca Juga : Pengembangan Instrumen Self-Efficacy sebagai Dasar Pengukuran Keyakinan Diri dalam Proses Pembelajaran dan Pengembangan Potensi Individu
Kesimpulan
Instrumen pengukuran self-efficacy merupakan alat penting untuk memahami tingkat keyakinan diri seseorang dalam berbagai konteks kehidupan. Dengan pengertian, jenis, manfaat, serta kelebihan dan kekurangannya, instrumen ini membantu pendidik, peneliti, psikolog, dan perusahaan dalam mengambil keputusan yang lebih tepat dan terukur. Self-efficacy bukan hanya konsep psikologi, melainkan faktor penentu keberhasilan seseorang dalam belajar, bekerja, maupun menghadapi tantangan hidup. Oleh karena itu, penggunaan instrumen yang valid dan reliabel menjadi langkah penting dalam meningkatkan kualitas individu maupun organisasi.
Dan jika kamu membutuhkan bantuan untuk menyelesaikan tugas makalah maupun konsultasi lebih lanjut tentang jasa kerjain tugas kuliah lainnya, maka kerjain.org siap membantu. Hubungi Admin Kerjain.org dan ketahui lebih banyak layanan yang kami tawarkan.