Fenomena jurnal predator mulai dikenal luas sejak awal tahun 2010-an ketika semakin banyak penerbit daring yang menawarkan publikasi instan. Dalam dunia akademik, keberadaan jurnal predator biasanya dikenali melalui beberapa ciri khas, seperti proses review yang tidak transparan, biaya publikasi yang tinggi tanpa kejelasan layanan, serta tidak adanya indeksasi pada basis data bereputasi. Di bidang ekonomi, banyak peneliti muda yang menjadi korban jurnal predator karena minimnya pengalaman dan tekanan untuk segera mempublikasikan karya ilmiah mereka.
Karakteristik utama jurnal predator adalah fokus pada keuntungan finansial. Penerbit hanya memikirkan jumlah artikel yang terbit, bukan kualitas isinya. Hal ini berbeda dengan jurnal bereputasi yang menjunjung tinggi proses peer review, seleksi editor, dan standar etika publikasi. Akibatnya, artikel yang dipublikasikan di jurnal predator sering kali tidak melalui verifikasi akademik yang memadai sehingga validitas data dan metodologi penelitian patut diragukan.
Selain itu, jurnal predator juga sering menggunakan nama yang mirip dengan jurnal bereputasi internasional. Misalnya, mereka menambahkan kata “International”, “Global”, atau “Advanced” untuk menarik perhatian penulis. Padahal, jurnal tersebut tidak memiliki dewan editorial yang jelas dan tidak pernah tercatat dalam indeksasi akademik besar seperti Scopus, Web of Science, atau DOAJ. Praktik ini membuat banyak peneliti terkecoh karena menganggap jurnal tersebut bereputasi.
Di bidang ekonomi, publikasi yang dihasilkan dari jurnal predator biasanya berisi penelitian dengan metodologi lemah, data yang tidak dapat diverifikasi, hingga kesimpulan yang terlalu umum. Kondisi ini berbahaya karena penelitian ekonomi sering dijadikan acuan bagi kebijakan publik, strategi bisnis, atau pengembangan teori akademik. Jika landasan kajiannya tidak kuat, maka kebijakan maupun keputusan yang diambil juga berpotensi salah arah.
Dengan demikian, jurnal predator harus dipahami bukan sekadar sebagai masalah etika akademik, tetapi juga sebagai ancaman serius terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang ekonomi. Pemahaman yang mendalam mengenai definisi dan ciri-ciri jurnal predator menjadi langkah awal agar peneliti tidak terjebak dalam praktik publikasi yang merugikan.
Baca Juga : Jurnal Predator Bidang Hukum: Analisis Konsep, Dampak Akademik, Regulasi, Tantangan Etika, dan Strategi Pencegahan dalam Menjaga Integritas Ilmu Pengetahuan
Dampak Jurnal Predator terhadap Kualitas Riset Ekonomi
Dampak negatif jurnal predator terhadap dunia akademik sangat luas, terutama dalam bidang ekonomi. Dampak pertama adalah turunnya kualitas penelitian. Artikel yang diterbitkan tanpa proses review yang ketat berpotensi mengandung kesalahan metodologi, plagiarisme, atau data yang tidak valid. Akibatnya, hasil penelitian tidak dapat dijadikan acuan untuk penelitian lanjutan maupun kebijakan ekonomi yang berbasis data.
Dampak kedua adalah menurunnya kredibilitas peneliti. Seorang akademisi yang karyanya banyak terbit di jurnal predator akan sulit mendapatkan pengakuan dari komunitas akademik internasional. Hal ini dapat menghambat karier akademis, terutama dalam hal pengajuan jabatan fungsional, memperoleh hibah penelitian, atau menjalin kolaborasi dengan peneliti luar negeri. Kredibilitas yang hilang akan sulit dipulihkan karena jejak publikasi di jurnal predator tercatat permanen.
Dampak ketiga adalah merusak reputasi institusi. Universitas atau lembaga penelitian yang banyak memiliki publikasi di jurnal predator akan dianggap tidak selektif dalam membimbing penelitiannya. Hal ini bisa menurunkan peringkat universitas, mengurangi minat mahasiswa baru, bahkan mempengaruhi kerja sama dengan mitra internasional. Dalam konteks globalisasi pendidikan tinggi, reputasi publikasi sangat menentukan posisi institusi dalam jaringan akademik dunia.
Dampak keempat adalah kerugian finansial. Penulis yang terjebak jurnal predator sering kali mengeluarkan biaya publikasi yang tidak sedikit. Sayangnya, biaya tersebut tidak sebanding dengan manfaat akademik yang diperoleh. Bahkan, ketika artikel sudah terbit, penulis masih sulit menariknya kembali karena penerbit predator jarang memiliki kebijakan etis terkait penarikan artikel (retraction policy).
Dampak terakhir adalah kerusakan ekosistem pengetahuan. Artikel-artikel dari jurnal predator dapat menyusup ke dalam literatur ilmiah dan dikutip oleh peneliti lain. Jika informasi yang salah ini terus direplikasi, maka pengetahuan dalam bidang ekonomi menjadi tercemar. Proses ini tidak hanya menghambat perkembangan ilmu, tetapi juga bisa menyesatkan dalam perumusan kebijakan publik atau pengambilan keputusan bisnis.
Tantangan Peneliti dan Institusi dalam Menghadapi Jurnal Predator
Fenomena jurnal predator di bidang ekonomi menimbulkan sejumlah tantangan besar. Beberapa di antaranya adalah:
- Tekanan publikasi bagi dosen dan mahasiswa pascasarjana yang harus segera menerbitkan karya ilmiah untuk kelulusan atau kenaikan jabatan.
- Minimnya literasi akademik tentang cara membedakan jurnal bereputasi dengan jurnal predator.
- Kurangnya pelatihan atau bimbingan dari institusi dalam pemilihan jurnal yang tepat.
- Adanya biaya publikasi yang tinggi di jurnal bereputasi, sehingga peneliti tergoda memilih jalur cepat melalui jurnal predator.
- Kurangnya regulasi nasional yang mengatur standar publikasi ilmiah dan memberikan sanksi bagi praktik penerbitan predator.
Tantangan-tantangan tersebut memperlihatkan bahwa permasalahan jurnal predator bukan hanya kesalahan individu penulis, tetapi juga melibatkan sistem pendidikan, kebijakan institusional, hingga regulasi negara. Tanpa solusi komprehensif, fenomena ini akan terus menjerat peneliti muda yang rentan.

Strategi dan Upaya Pencegahan
Untuk mencegah maraknya jurnal predator di bidang ekonomi, diperlukan strategi yang komprehensif dan terarah. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:
- Peningkatan Literasi Publikasi Ilmiah
Memberikan pelatihan kepada dosen, mahasiswa, dan peneliti agar mampu mengenali ciri-ciri jurnal predator. - Penyusunan Panduan Institusi
Universitas perlu memiliki daftar rekomendasi jurnal bereputasi serta mekanisme verifikasi sebelum penulis mengajukan publikasi. - Penguatan Regulasi Nasional
Pemerintah melalui lembaga riset dan pendidikan tinggi dapat menetapkan aturan ketat terkait publikasi ilmiah dan memberikan sanksi kepada pihak yang terlibat jurnal predator. - Kolaborasi dengan Penerbit Bereputasi
Institusi pendidikan dapat menjalin kerja sama dengan penerbit internasional untuk mempermudah akses publikasi di jurnal bereputasi. - Pengembangan Jurnal Nasional yang Kuat
Dengan meningkatkan kualitas jurnal dalam negeri, peneliti tidak perlu mencari jalan pintas melalui jurnal predator karena sudah tersedia wadah publikasi terpercaya.
Strategi ini tidak hanya melibatkan individu, tetapi juga institusi, pemerintah, dan komunitas akademik internasional.
Peran Akademisi dalam Mewujudkan Riset Berkualitas
Akademisi memiliki peran sentral dalam menghadapi fenomena jurnal predator. Sebagai peneliti, mereka harus berkomitmen menjaga integritas akademik dengan hanya mempublikasikan karya di jurnal bereputasi. Akademisi juga perlu menjadi teladan bagi mahasiswa dengan memberikan pemahaman mengenai etika publikasi dan pentingnya kualitas penelitian dibanding sekadar kuantitas artikel.
Selain itu, akademisi dapat berperan aktif dalam komunitas ilmiah dengan memberikan edukasi, seminar, atau workshop mengenai bahaya jurnal predator. Dengan berbagi pengalaman, mereka dapat membantu rekan sejawat dan mahasiswa menghindari jebakan publikasi predator. Peran ini sangat penting untuk menciptakan budaya riset yang sehat dan berkelanjutan.
Tidak kalah penting, akademisi juga dapat berkontribusi dalam memperkuat jurnal nasional. Dengan menjadi reviewer, editor, atau penulis aktif, mereka membantu meningkatkan reputasi jurnal dalam negeri sehingga dapat bersaing dengan jurnal internasional. Dengan demikian, ekosistem publikasi ilmiah di Indonesia akan semakin kokoh dan tidak mudah terpengaruh oleh praktik predator.
Baca Juga : Jurnal Predator Bidang Pendidikan: Ancaman terhadap Integritas Ilmiah, Dampak Akademik, Strategi Pencegahan, dan Upaya Meningkatkan Kualitas Publikasi Ilmiah
Kesimpulan
Fenomena jurnal predator di bidang ekonomi merupakan ancaman serius terhadap kualitas riset, kredibilitas akademisi, dan reputasi institusi pendidikan. Jurnal predator hadir dengan janji publikasi cepat, namun mengorbankan proses akademik yang sehat. Dampaknya sangat luas, mulai dari menurunnya kualitas penelitian, hilangnya kredibilitas peneliti, hingga rusaknya ekosistem pengetahuan.
Untuk menghadapi masalah ini, dibutuhkan pemahaman mendalam mengenai definisi dan ciri jurnal predator, kesadaran akan dampaknya, serta strategi pencegahan yang melibatkan individu, institusi, dan pemerintah. Peran akademisi sangat krusial dalam membimbing mahasiswa, memperkuat jurnal nasional, serta menjaga etika publikasi ilmiah.
Dengan komitmen bersama, ekosistem riset di bidang ekonomi dapat terjaga kualitasnya. Penelitian yang dihasilkan pun akan lebih bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, pembuatan kebijakan publik, dan kemajuan masyarakat secara global.
Dan jika kamu membutuhkan bantuan untuk menyelesaikan tugas makalah maupun konsultasi lebih lanjut tentang jasa kerjain tugas kuliah lainnya, maka kerjain.org siap membantu. Hubungi Admin Kerjain.org dan ketahui lebih banyak layanan yang kami tawarkan.