Kualitas Daging: Faktor Penentu, Pengukuran, dan Strategi Peningkatannya dalam Industri Peternakan

Kualitas daging adalah seperangkat karakteristik yang digunakan untuk menilai kesegaran, kelezatan, nilai gizi, dan keamanan konsumsi daging. Daging yang berkualitas tidak hanya harus memiliki rasa yang enak, tetapi juga harus aman dikonsumsi, kaya nutrisi, dan memiliki tampilan menarik bagi konsumen. Kualitas daging menjadi acuan penting dalam perdagangan dan konsumsi daging, baik di pasar tradisional maupun modern.

Indikator utama kualitas daging terbagi menjadi dua kategori besar, yaitu indikator fisik dan kimia. Indikator fisik mencakup warna, tekstur, kekenyalan (tenderness), dan keempukan daging. Warna merah cerah pada daging segar biasanya menunjukkan kualitas baik. Sementara itu, kekenyalan berhubungan dengan struktur serat otot dan jaringan ikat yang memengaruhi kenyamanan saat dikunyah.

Indikator kimia meliputi kadar air, protein, lemak, dan pH daging. Daging yang baik umumnya memiliki kadar protein tinggi, lemak seimbang, dan pH yang sesuai (antara 5.4 hingga 5.8). pH daging sangat memengaruhi kualitas mikrobiologis dan ketahanan simpan daging, karena pH yang terlalu tinggi atau rendah bisa mempercepat kerusakan.

Selain itu, aspek organoleptik seperti rasa, aroma, dan juiciness (kadar air yang keluar saat dimasak) juga sangat diperhatikan oleh konsumen. Penilaian organoleptik biasanya dilakukan melalui uji inderawi yang melibatkan panelis terlatih atau konsumen langsung.

Kualitas daging juga terkait dengan aspek keamanan pangan. Daging harus terbebas dari residu antibiotik, hormon, logam berat, serta kontaminasi mikroba patogen seperti Salmonella, E. coli, atau Listeria. Oleh karena itu, proses produksi, penyembelihan, dan distribusi daging harus memenuhi standar higiene dan sanitasi yang ketat.

Baca Juga : Skripsi Manajemen Kandang: Strategi dan Praktik dalam Meningkatkan Produktivitas Ternak

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Daging

Kualitas daging tidak hanya ditentukan oleh jenis ternak atau spesiesnya, tetapi juga dipengaruhi oleh berbagai faktor mulai dari genetik hingga penanganan pasca panen. Pemahaman terhadap faktor-faktor ini sangat penting untuk memastikan daging yang dihasilkan memiliki mutu tinggi dan sesuai standar konsumen.

Faktor pertama adalah genetik atau bangsa ternak. Setiap jenis ternak memiliki potensi genetik yang berbeda dalam hal pertumbuhan otot, kadar lemak, dan karakteristik serat daging. Misalnya, sapi jenis Wagyu dikenal dengan kualitas marbling (penyebaran lemak intramuskular) yang sangat tinggi, menghasilkan tekstur daging yang lembut dan rasa gurih.

Faktor kedua adalah pakan dan nutrisi. Komposisi ransum pakan berpengaruh besar terhadap komposisi kimia daging, seperti kandungan lemak, protein, dan kadar kolesterol. Ternak yang diberi pakan berkualitas dan seimbang akan menghasilkan daging yang lebih baik, baik dari sisi nutrisi maupun rasa.

Faktor ketiga yaitu umur dan jenis kelamin ternak. Umumnya, hewan yang lebih muda memiliki daging yang lebih empuk dan berwarna cerah. Sementara jenis kelamin jantan cenderung menghasilkan daging yang lebih alot dibanding betina karena tingkat hormon yang lebih tinggi.

Faktor keempat adalah cara pemeliharaan dan kesejahteraan hewan (animal welfare). Ternak yang mengalami stres kronis selama pemeliharaan atau sebelum pemotongan cenderung menghasilkan daging dengan kualitas rendah, seperti kondisi DFD (dark, firm, dry) atau PSE (pale, soft, exudative).

Terakhir, proses pemotongan dan penanganan pasca sembelih sangat menentukan mutu akhir daging. Penurunan pH, pendinginan, dan proses aging (pemeliharaan dalam suhu rendah beberapa hari) adalah tahapan penting yang memengaruhi tekstur, warna, dan daya simpan daging. Penanganan yang tidak tepat dapat mempercepat pembusukan dan menurunkan nilai jual daging.

Metode Penilaian Kualitas Daging

Dalam praktiknya, kualitas daging diukur melalui pendekatan laboratorium maupun pengamatan langsung. Berikut beberapa metode penilaian yang umum digunakan:

a. Uji Fisik

Metode ini mencakup pengukuran warna, tekstur, dan keempukan daging. Warna diukur menggunakan colorimeter, sedangkan keempukan dapat diuji menggunakan Warner-Bratzler Shear Force (WBSF).

b. Uji Kimia

Pengujian kimia bertujuan mengukur kandungan nutrisi dalam daging seperti kadar air, protein, lemak, abu, dan pH. Teknik seperti proximate analysis dan titrasi digunakan dalam metode ini.

c. Uji Organoleptik

Penilaian subjektif oleh panelis untuk menilai aroma, rasa, warna saat dimasak, dan juiciness daging. Metode ini sangat penting karena mencerminkan penerimaan konsumen secara langsung.

d. Uji Mikrobiologi

Untuk memastikan keamanan, daging diuji untuk mendeteksi mikroorganisme patogen seperti Salmonella dan E. coli. Standar ini penting dalam industri pengolahan makanan.

e. Uji Sensoris dan Preferensi Konsumen

Metode ini menggunakan preferensi konsumen sebagai acuan, seperti tingkat kesukaan terhadap rasa, bau, dan tekstur daging. Biasanya digunakan dalam studi pasar dan pengembangan produk baru.

WA 0821-3290-5754, Jasa Kerjain Tugas Kuliah,
konsultasi WA 0821-3290-5754, Jasa Kerjain Tugas kuliah, Jasa Kerjain Makalah, Jasa Kerjain Artikel

Teknologi Peningkatan Kualitas Daging

Untuk menghasilkan daging berkualitas tinggi, berbagai teknologi telah dikembangkan dan diterapkan di industri peternakan modern:

a. Manajemen Pakan Terpadu

Penerapan feeding program yang memperhatikan kebutuhan gizi spesifik pada setiap fase pertumbuhan ternak untuk menghasilkan daging dengan komposisi optimal.

b. Sistem Pemotongan Halal dan Higienis

Prosedur penyembelihan sesuai syariat dan dilengkapi dengan peralatan modern yang menjaga kualitas daging dan aspek kebersihannya.

c. Teknologi Aging dan Chilling

Proses pematangan daging dalam ruang pendingin untuk meningkatkan kelembutan dan cita rasa. Aging dilakukan pada suhu 0–4°C selama 7–14 hari.

d. Penggunaan Suplemen dan Feed Additive

Pemberian aditif seperti vitamin E, asam lemak omega-3, dan probiotik terbukti mampu meningkatkan kandungan gizi dan stabilitas warna daging.

e. Aplikasi Teknologi DNA dan Genetik

Melalui seleksi genetik dan marker assisted selection (MAS), ternak yang memiliki gen unggul dalam hal marbling dan pertumbuhan otot dapat dikembangkan lebih lanjut.

Tantangan dan Strategi Pengembangan Mutu Daging di Indonesia

Di Indonesia, peningkatan kualitas daging masih menghadapi berbagai tantangan, baik dari aspek produksi, teknologi, hingga budaya konsumsi masyarakat. Salah satu tantangan utamanya adalah kurangnya standar nasional yang konsisten dan diterapkan secara luas, terutama dalam pasar tradisional. Banyak daging dijual tanpa proses pemeriksaan mutu atau pengujian mikrobiologi.

Tantangan lain adalah minimnya infrastruktur rantai dingin (cold chain), yang membuat kualitas daging cepat menurun setelah pemotongan. Hal ini menyebabkan daging mudah rusak dan tidak tahan lama dalam distribusi.

Masalah lainnya yaitu kurangnya edukasi peternak terhadap faktor-faktor mutu daging, terutama di peternakan skala kecil dan tradisional. Mereka sering kali fokus pada kuantitas tanpa memperhatikan aspek kualitas.

Strategi pengembangannya antara lain:

  • Edukasi dan pelatihan peternak mengenai manajemen pakan, kesejahteraan hewan, dan pemotongan yang benar.
  • Penerapan sertifikasi mutu dan labelisasi produk daging agar konsumen dapat memilih produk berkualitas tinggi dengan lebih mudah.
  • Investasi dalam infrastruktur pemotongan dan distribusi dingin untuk mempertahankan mutu daging hingga ke tangan konsumen.
  • Kolaborasi antara pemerintah, perguruan tinggi, dan industri peternakan dalam riset dan inovasi teknologi peningkatan kualitas daging.
  • Pengembangan program pemuliaan ternak lokal yang unggul secara genetik dan adaptif terhadap lingkungan Indonesia.
Baca Juga : Skripsi Manajemen Peternakan: Strategi, Permasalahan, dan Implementasi Ilmiah

Kesimpulan

Kualitas daging adalah parameter penting dalam menentukan nilai ekonomi, kesehatan konsumen, dan keberlanjutan industri peternakan. Kualitas ini dipengaruhi oleh banyak faktor mulai dari genetik, pakan, kesehatan ternak, hingga metode pemotongan dan penanganan pasca panen.

Pengukuran kualitas daging tidak hanya melibatkan penilaian visual, tetapi juga uji laboratorium yang mencakup analisis kimia, mikrobiologi, dan preferensi konsumen. Berbagai teknologi seperti aging, manajemen pakan, dan seleksi genetik menjadi solusi peningkatan kualitas daging di era industri 4.0.

Untuk menjawab tantangan di Indonesia, dibutuhkan upaya terpadu antara peternak, pemerintah, akademisi, dan pelaku industri. Dengan strategi yang tepat, mutu daging Indonesia bisa bersaing di pasar global, sekaligus memberikan manfaat ekonomi dan kesehatan yang lebih luas bagi masyarakat.

Dan jika kamu membutuhkan bantuan untuk menyelesaikan tugas makalah maupun konsultasi lebih lanjut tentang jasa kerjain tugas kuliah lainnya, maka kerjain.org siap membantu. Hubungi Admin Kerjain.org dan ketahui lebih banyak layanan yang kami tawarkan.

Table of Contents

RECENT POST

COMPANY

About Us

Contact Us

F.A.Q

SERVICE

Makalah

Artikel Ilmiah dan Jurnal

Translate dan Proofreading

LOCATION

Grand Pesona Pandanwangi D.6 Jl. Simpang L.A Sucipto Gang Makam Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Blimbing Kota Malang Jawa Timur 65124

+62 821-3290-5754

cs.kerjaintugas@gmail.com

Monday – Friday / 09.00 – 16.00 WIB

COPYRIGHT 2022 | KERJAIN.ORG