Paradigma berasal dari bahasa Yunani paradeigma yang berarti “model” atau “pola”. Dalam konteks penelitian, paradigma diartikan sebagai cara pandang atau sudut pandang ilmiah dalam memahami realitas sosial dan alamiah. Paradigma menjelaskan bagaimana peneliti memandang hubungan antara pengetahuan dan kenyataan, serta bagaimana pengetahuan itu diperoleh dan divalidasi.
Dalam penulisan skripsi, paradigma berfungsi sebagai landasan filosofis yang memberikan arah dan batasan dalam melakukan penelitian. Paradigma menentukan cara peneliti merumuskan pertanyaan penelitian, memilih metode, menganalisis data, dan menafsirkan hasil. Tanpa paradigma yang jelas, penelitian akan cenderung tidak konsisten dan tidak memiliki arah ilmiah yang kuat.
Urgensinya terletak pada konsistensi metodologis. Misalnya, paradigma positivisme mendorong penggunaan pendekatan kuantitatif, sementara paradigma konstruktivisme lebih selaras dengan metode kualitatif. Ketidaksesuaian antara paradigma dan metode akan menimbulkan bias dalam proses analisis dan kesimpulan penelitian.
Paradigma juga membantu peneliti menyadari posisi subjektifnya dalam proses penelitian. Dalam paradigma kritis atau postmodernisme, misalnya, peneliti dianggap tidak netral, melainkan sebagai bagian dari realitas yang diteliti. Kesadaran ini penting agar peneliti dapat merefleksikan bias yang mungkin memengaruhi interpretasi data.
Dengan demikian, paradigma bukan sekadar konsep abstrak dalam bab metodologi, melainkan merupakan blueprint intelektual yang harus dipahami secara utuh agar skripsi dapat memenuhi standar ilmiah yang kuat dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis.
Baca Juga : Teori dan Paradigma Penelitian: Landasan Ilmiah dalam Membangun Pengetahuan
Jenis-Jenis Paradigma dalam Penelitian
Terdapat berbagai paradigma dalam penelitian sosial dan ilmu-ilmu lainnya. Setiap paradigma memiliki pandangan tersendiri mengenai realitas (ontologi), pengetahuan (epistemologi), dan metode (metodologi). Lima paradigma berikut merupakan yang paling umum digunakan dalam skripsi:
Paradigma positivisme adalah paradigma yang paling tua dan dominan dalam ilmu alam maupun ilmu sosial klasik. Paradigma ini meyakini bahwa realitas bersifat objektif, terpisah dari peneliti, dan dapat diukur melalui observasi empiris. Penelitian dalam paradigma ini umumnya menggunakan metode kuantitatif, eksperimen, dan statistik.
Paradigma interpretif (konstruktivisme) memandang bahwa realitas sosial dibentuk oleh individu melalui interaksi sosial. Paradigma ini tidak mengakui satu kebenaran tunggal, melainkan banyak kebenaran tergantung pada konteks dan subjektivitas pelaku sosial. Oleh karena itu, metode kualitatif seperti wawancara mendalam dan observasi partisipatif lebih sesuai digunakan.
Paradigma kritis bertujuan untuk membongkar struktur kekuasaan dan ketimpangan dalam masyarakat. Paradigma ini tidak hanya ingin memahami, tetapi juga mengubah realitas sosial. Penelitian dalam paradigma kritis sering kali bersifat partisipatoris dan melibatkan subjek sebagai agen perubahan.
Paradigma post-positivisme merupakan pengembangan dari positivisme yang lebih realistis dan menyadari keterbatasan objektivitas ilmiah. Paradigma ini tetap menekankan data empiris, tetapi mengakui adanya bias dan subjektivitas dalam observasi. Oleh karena itu, triangulasi data menjadi penting dalam pendekatan ini.
Paradigma postmodernisme menolak gagasan universalitas kebenaran dan menyoroti pluralitas makna dalam teks, budaya, dan struktur sosial. Penelitian postmodern biasanya berfokus pada dekonstruksi narasi besar dan membuka ruang bagi perspektif minoritas, marjinal, atau yang terpinggirkan dalam wacana dominan.
Karakteristik dan Perbandingan Paradigma Penelitian
Untuk memahami perbedaan paradigma secara sistematis, berikut ini disajikan karakteristik utama dari masing-masing paradigma:
a. Ontologi (Hakikat Realitas)
- Positivisme: Realitas bersifat objektif dan dapat diukur.
- Konstruktivisme: Realitas dibentuk secara subjektif oleh individu.
- Kritis: Realitas dipengaruhi oleh struktur kekuasaan.
- Post-positivisme: Realitas bersifat nyata, tetapi hanya bisa dikenali secara tidak sempurna.
- Postmodernisme: Realitas bersifat cair, relatif, dan beragam.
b. Epistemologi (Cara Memperoleh Pengetahuan)
- Positivisme: Peneliti netral dan independen.
- Konstruktivisme: Pengetahuan dibangun bersama subjek penelitian.
- Kritis: Peneliti berpihak untuk mengubah keadaan.
- Post-positivisme: Peneliti menyadari keterlibatan dan biasnya.
- Postmodernisme: Pengetahuan tidak tunggal, bersifat fragmentaris.
c. Metodologi (Cara Meneliti)
- Positivisme: Eksperimen, survei, statistik.
- Konstruktivisme: Studi kasus, etnografi, wawancara.
- Kritis: Penelitian tindakan, studi emansipatoris.
- Post-positivisme: Mixed-method, triangulasi.
- Postmodernisme: Analisis wacana, dekonstruksi teks.
d. Tujuan Penelitian
- Positivisme: Memprediksi dan mengontrol.
- Konstruktivisme: Memahami makna dan konteks.
- Kritis: Membebaskan dan mengubah realitas sosial.
- Post-positivisme: Menjelaskan realitas secara komprehensif.
- Postmodernisme: Menantang narasi dominan dan membuka ruang alternatif.

Penerapan Paradigma dalam Penulisan Skripsi
Memahami teori saja tidak cukup. Mahasiswa harus mampu menerapkan paradigma dalam berbagai bagian skripsi secara konsisten. Berikut strategi praktisnya:
a. Bab Pendahuluan
Tentukan latar belakang masalah dan rumusan masalah berdasarkan cara pandang paradigma yang dipilih. Jika menggunakan paradigma kritis, misalnya, pastikan masalah penelitian mencerminkan ketimpangan atau isu sosial.
b. Bab Kajian Teori
Pilih teori yang sesuai dengan paradigma. Dalam paradigma konstruktivis, teori-teori tentang makna sosial atau interaksi simbolik lebih relevan dibanding teori-teori positivistik.
c. Bab Metode Penelitian
Di sinilah paradigma ditampilkan secara eksplisit. Mahasiswa harus menyebutkan paradigma yang digunakan, alasan pemilihannya, serta metode yang konsisten dengan paradigma tersebut.
d. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Gunakan teknik yang sejalan dengan paradigma. Jika memakai paradigma interpretif, maka analisis naratif atau tematik lebih tepat daripada statistik deskriptif.
e. Interpretasi dan Pembahasan
Hasil data tidak hanya disajikan, tetapi juga ditafsirkan berdasarkan kerangka berpikir paradigma yang dipilih. Mahasiswa harus menyadari posisi subjektifnya dan menyampaikannya dalam pembahasan.
Tantangan dan Solusi dalam Memahami Paradigma
Meskipun penting, masih banyak mahasiswa yang kesulitan memahami dan mengimplementasikan paradigma dalam skripsi mereka. Tantangan utamanya antara lain:
Pertama, kurangnya pengenalan sejak dini. Di banyak kampus, pemahaman paradigma baru diperkenalkan di semester akhir saat metode penelitian, sehingga mahasiswa tidak punya waktu cukup untuk memahami secara mendalam.
Kedua, kecenderungan menyalin struktur skripsi sebelumnya tanpa memahami dasar filosofis di baliknya. Ini menyebabkan ketidaksesuaian antara paradigma dan metode yang digunakan.
Ketiga, minimnya bimbingan dari dosen pembimbing dalam aspek epistemologi. Banyak pembimbing hanya fokus pada teknis, bukan pada landasan filosofis skripsi.
Solusi dari tantangan ini mencakup:
- Integrasi paradigma dalam kurikulum awal agar mahasiswa memahami sejak awal bahwa penelitian bukan sekadar prosedur teknis, tapi proses berpikir ilmiah.
- Workshop khusus tentang filsafat ilmu bagi mahasiswa tingkat akhir untuk memperkuat pemahaman.
- Peningkatan kapasitas dosen pembimbing agar lebih menekankan konsistensi logika ilmiah, bukan hanya format penulisan.
Baca Juga : Paradigma dan Metode Penelitian: Pilar dalam Proses Ilmiah
Kesimpulan
Paradigma merupakan fondasi penting dalam setiap skripsi dan penelitian ilmiah. Tanpa paradigma yang jelas dan konsisten, penelitian akan kehilangan arah, tidak memiliki kerangka berpikir yang kuat, serta berisiko menimbulkan bias dalam kesimpulan.
Dalam skripsi, paradigma membimbing peneliti sejak tahap perumusan masalah hingga interpretasi hasil. Setiap paradigma membawa filosofi, pendekatan, serta metode yang berbeda. Oleh karena itu, pemilihan paradigma harus disesuaikan dengan tujuan, jenis data, dan pendekatan yang diambil oleh peneliti.
Untuk menghadapi tantangan pemahaman paradigma, perlu ada pendekatan sistematis dari sisi kurikulum, pembimbingan akademik, serta kesadaran mahasiswa itu sendiri. Dengan begitu, skripsi tidak hanya menjadi syarat administratif kelulusan, tetapi juga menjadi karya ilmiah yang bermakna, filosofis, dan dapat dipertanggungjawabkan.
Dan jika kamu membutuhkan bantuan untuk menyelesaikan tugas makalah maupun konsultasi lebih lanjut tentang jasa kerjain tugas kuliah lainnya, maka kerjain.org siap membantu. Hubungi Admin Kerjain.org dan ketahui lebih banyak layanan yang kami tawarkan.