Paradigma Post-Positivisme: Kritik terhadap Objektivitas dan Konstruksi Pengetahuan dalam Ilmu Sosial

Paradigma post-positivisme tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan filsafat ilmu, khususnya sebagai kritik terhadap positivisme yang mendominasi pemikiran ilmiah pada abad ke-19 hingga awal abad ke-20. Positivisme, yang digagas oleh Auguste Comte, percaya bahwa semua pengetahuan yang sahih berasal dari pengalaman empiris yang dapat diverifikasi secara objektif melalui observasi dan eksperimen. Ia menekankan bahwa hanya fakta yang dapat diukur dan diuji secara ilmiah yang layak dianggap sebagai pengetahuan.

Namun, seiring waktu, mulai muncul ketidakpuasan terhadap pandangan positivistik yang terlalu kaku, terutama dalam ilmu sosial. Realitas sosial dianggap terlalu kompleks untuk dijelaskan secara linier dan matematis seperti dalam ilmu alam. Realitas tidak hanya dibentuk oleh fakta objektif, tetapi juga oleh nilai, budaya, bahasa, dan interpretasi manusia. Dari sinilah muncul kritik terhadap positivisme yang dianggap tidak mampu menjelaskan dimensi subjektif dari kehidupan sosial.

Tokoh seperti Karl Popper menjadi jembatan antara positivisme dan post-positivisme. Popper mengkritik pandangan verifikasi yang dianut oleh kaum positivis logis dan memperkenalkan prinsip falsifikasi. Ia menyatakan bahwa teori tidak dapat dibuktikan benar secara absolut, tetapi hanya bisa diuji dan dibantah. Dengan demikian, sains menjadi sebuah proses yang dinamis dan terbuka terhadap revisi, bukan kumpulan kebenaran mutlak.

Paradigma post-positivisme kemudian berkembang dengan mengakui bahwa objektivitas ilmiah adalah ideal yang tidak sepenuhnya dapat dicapai. Para ilmuwan membawa asumsi, nilai, dan pengalaman mereka ke dalam proses penelitian. Oleh karena itu, hasil penelitian harus dipahami sebagai produk dari interpretasi yang dipengaruhi oleh konteks sosial dan kultural.

Dengan pergeseran ini, paradigma post-positivisme menjadi jembatan antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif, serta membuka ruang bagi dialog antara metode ilmiah yang ketat dan interpretasi yang kontekstual. Paradigma ini tidak membuang metodologi ilmiah, tetapi menyesuaikannya agar lebih relevan dengan studi sosial yang bersifat kompleks dan dinamis.

Baca Juga : Paradigma Kritis dalam Kajian Ilmu Sosial dan Pendidikan

Karakteristik Utama Paradigma Post-Positivisme

Paradigma post-positivisme memiliki sejumlah karakteristik utama yang membedakannya dari paradigma sebelumnya. Pertama, post-positivisme mengakui keterbatasan objektivitas ilmiah. Dalam pendekatan ini, peneliti dianggap tidak bisa sepenuhnya netral karena membawa latar belakang, nilai, dan perspektif tertentu. Oleh karena itu, proses refleksi kritis terhadap posisi peneliti menjadi bagian penting dari penelitian.

Kedua, post-positivisme menganggap realitas bersifat kompleks dan tidak selalu dapat diukur secara langsung. Realitas dianggap sebagai sesuatu yang bisa didekati, tetapi tidak bisa diketahui secara mutlak. Dengan demikian, pengetahuan bersifat sementara, terbuka untuk revisi, dan tergantung pada konteks.

Ketiga, paradigma ini menekankan pada penggunaan metode triangulasi untuk meningkatkan validitas hasil penelitian. Artinya, pengumpulan data tidak hanya dilakukan melalui satu cara atau sumber, melainkan melalui kombinasi berbagai metode (kuantitatif dan kualitatif), untuk mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif.

Keempat, post-positivisme juga memperhatikan pengaruh konteks sosial dan budaya dalam pembentukan pengetahuan. Proses penelitian tidak bisa dilepaskan dari struktur sosial, relasi kekuasaan, bahasa, dan ideologi yang memengaruhi baik peneliti maupun partisipan.

Kelima, post-positivisme tidak menolak kuantifikasi, tetapi menggunakan pendekatan ilmiah secara kritis dan selektif. Metode statistik tetap digunakan, tetapi tidak menjadi satu-satunya tolok ukur kebenaran ilmiah. Interpretasi, narasi, dan pemahaman mendalam juga menjadi bagian yang sah dalam proses pembentukan pengetahuan.

Dengan karakteristik-karakteristik tersebut, post-positivisme menjadi paradigma yang lebih inklusif dan realistis dalam memandang proses ilmiah. Ia mengakomodasi keragaman pendekatan dan memandang kebenaran sebagai sesuatu yang relatif, terbuka, dan selalu dalam proses.

Implikasi Metodologis dalam Penelitian Sosial

Paradigma post-positivisme membawa perubahan penting dalam praktik penelitian sosial. Perubahan ini terutama terlihat dalam cara pandang terhadap metode, validitas data, dan peran peneliti. Beberapa implikasi pentingnya adalah sebagai berikut:

a. Pendekatan yang Lebih Fleksibel

Post-positivisme tidak terikat secara kaku pada metode kuantitatif atau kualitatif, melainkan mendorong penggunaan kombinasi metode (mixed methods) yang saling melengkapi.

b. Validitas melalui Triangulasi

Untuk mendapatkan gambaran realitas yang lebih akurat, digunakan berbagai sumber data, teknik pengumpulan, dan sudut pandang. Ini untuk meminimalisasi bias subjektif.

c. Refleksivitas Peneliti

Peneliti dituntut untuk menyadari dan merefleksikan pengaruh pribadinya terhadap proses penelitian, termasuk nilai, keyakinan, dan latar sosial yang mungkin memengaruhi interpretasi data.

d. Teori sebagai Kerangka yang Terbuka

Teori tidak diposisikan sebagai alat untuk membuktikan kebenaran mutlak, tetapi sebagai lensa interpretatif yang bisa berubah seiring dengan penemuan baru.

e. Kriteria Evaluasi Ilmiah yang Kontekstual

Keberhasilan penelitian tidak hanya diukur dari replikasi dan prediksi, tetapi juga dari relevansi sosial, koherensi logis, dan kebermaknaan hasil bagi masyarakat.

Dengan pendekatan seperti ini, penelitian sosial menjadi lebih adaptif terhadap dinamika masyarakat, lebih sensitif terhadap pengalaman subjektif, dan lebih terbuka terhadap kompleksitas realitas sosial.

WA 0821-3290-5754, Jasa Kerjain Tugas Kuliah,
konsultasi WA 0821-3290-5754, Jasa Kerjain Tugas kuliah, Jasa Kerjain Makalah, Jasa Kerjain Artikel

Penerapan Post-Positivisme dalam Studi Kontemporer

Paradigma post-positivisme banyak digunakan dalam berbagai kajian sosial dan humaniora kontemporer. Beberapa penerapannya dapat dilihat dalam bidang berikut:

a. Pendidikan

Digunakan dalam penelitian tindakan kelas (PTK) yang menekankan refleksi guru dan kolaborasi dengan siswa untuk meningkatkan proses pembelajaran.

b. Sosiologi dan Antropologi

Pendekatan post-positivisme membantu peneliti memahami makna simbolik dalam budaya, praktik sosial, dan struktur kekuasaan melalui pendekatan yang tidak hanya mengandalkan data statistik.

c. Kajian Gender

Penelitian feminis banyak mengadopsi pendekatan post-positivistik karena menolak objektivitas semu dan memperjuangkan pentingnya suara dan pengalaman perempuan dalam wacana ilmiah.

d. Studi Media dan Komunikasi

Dalam analisis media, post-positivisme memungkinkan peneliti mengeksplorasi bagaimana pesan media diproduksi dan diinterpretasikan dalam konteks sosial tertentu.

e. Ilmu Politik

Kajian terhadap kebijakan publik, wacana politik, dan relasi kuasa juga banyak menggunakan pendekatan post-positivistik untuk mengungkap dinamika yang tidak terlihat melalui angka semata.

Dengan penerapan yang luas ini, paradigma post-positivisme telah menunjukkan fleksibilitasnya dalam menjawab tantangan dunia akademik yang kompleks dan beragam.

Tantangan dan Kontribusi Paradigma Post-Positivisme

Meski memberikan banyak pembaruan dalam pendekatan ilmiah, paradigma post-positivisme juga menghadapi berbagai tantangan. Salah satunya adalah masih kuatnya dominasi paradigma positivistik dalam dunia akademik, terutama dalam hal pembiayaan penelitian dan penilaian ilmiah. Banyak lembaga pendanaan atau jurnal ilmiah yang masih mengutamakan hasil kuantitatif dan objektivitas angka.

Tantangan lain adalah kesulitan dalam menjaga keseimbangan antara refleksivitas dan validitas ilmiah. Karena post-positivisme mengakui unsur subjektif, diperlukan standar evaluasi baru agar hasil penelitian tetap dapat diandalkan dan diuji oleh komunitas ilmiah.

Namun demikian, kontribusi post-positivisme sangat besar, khususnya dalam memperluas cakrawala ilmu pengetahuan. Ia memungkinkan adanya ruang untuk pendekatan partisipatoris, pendekatan naratif, dan metode kualitatif yang lebih inklusif terhadap pengalaman masyarakat yang selama ini terpinggirkan oleh pendekatan positivistik.

Paradigma ini juga mendorong pengembangan metode penelitian lintas disiplin, yang lebih relevan dengan persoalan-persoalan nyata seperti perubahan iklim, ketimpangan sosial, hingga krisis identitas budaya. Dengan paradigma ini, ilmu pengetahuan menjadi lebih humanis dan berakar pada pengalaman masyarakat.

Baca Juga : Paradigma Konstruktivis dalam Pendidikan: Membangun Pengetahuan Secara Bermakna

Kesimpulan

Paradigma post-positivisme hadir sebagai respons kritis terhadap kekakuan positivisme dan menawarkan pendekatan yang lebih terbuka, reflektif, dan kontekstual dalam memahami realitas. Ia mengakui bahwa ilmu pengetahuan tidak bebas nilai dan bahwa peneliti berperan aktif dalam proses konstruksi pengetahuan.

Dengan karakteristik yang mengedepankan triangulasi, refleksivitas, dan pluralisme metode, post-positivisme telah memperkaya praktik penelitian sosial dan humaniora. Paradigma ini juga memperluas cakupan ilmiah dengan mengintegrasikan pengalaman subjektif, makna kultural, serta struktur sosial dalam pengumpulan dan analisis data.

Meskipun menghadapi tantangan, paradigma ini tetap relevan dan penting dalam dunia akademik modern. Ia membuka ruang bagi pendekatan-pendekatan baru yang lebih inklusif, interdisipliner, dan responsif terhadap perubahan sosial yang terus berkembang.

Dan jika kamu membutuhkan bantuan untuk menyelesaikan tugas makalah maupun konsultasi lebih lanjut tentang jasa kerjain tugas kuliah lainnya, maka kerjain.org siap membantu. Hubungi Admin Kerjain.org dan ketahui lebih banyak layanan yang kami tawarkan.

Table of Contents

RECENT POST

COMPANY

About Us

Contact Us

F.A.Q

SERVICE

Makalah

Artikel Ilmiah dan Jurnal

Translate dan Proofreading

LOCATION

Grand Pesona Pandanwangi D.6 Jl. Simpang L.A Sucipto Gang Makam Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Blimbing Kota Malang Jawa Timur 65124

+62 821-3290-5754

cs.kerjaintugas@gmail.com

Monday – Friday / 09.00 – 16.00 WIB

COPYRIGHT 2022 | KERJAIN.ORG