Pendekatan mixed methods atau metode campuran merupakan bentuk integratif dari dua paradigma utama dalam penelitian: kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan ini berusaha menggabungkan kekuatan masing-masing metode dalam menjawab permasalahan penelitian secara lebih menyeluruh. Dalam mixed methods, tidak hanya sekadar menyandingkan dua pendekatan secara terpisah, tetapi juga mengintegrasikannya secara logis dan sistematis dalam desain penelitian.
Secara historis, pendekatan mixed methods muncul sebagai reaksi terhadap keterbatasan pendekatan tunggal. Pada era 1980-an dan 1990-an, pendekatan ini mulai memperoleh legitimasi dalam kalangan akademik. Banyak peneliti menyadari bahwa realitas sosial tidak bisa sepenuhnya dijelaskan melalui angka saja (kuantitatif) atau narasi subjektif (kualitatif), melainkan membutuhkan pemahaman yang holistik.
Dalam perkembangannya, mixed methods menjadi pendekatan yang populer dalam berbagai bidang, seperti pendidikan, kesehatan masyarakat, psikologi, ilmu sosial, manajemen, hingga teknik. Hal ini dipicu oleh kebutuhan akan data yang mampu memberikan deskripsi mendalam sekaligus memiliki daya generalisasi yang kuat.
Dalam tinjauan pustaka, beberapa tokoh utama dalam pengembangan pendekatan ini adalah John W. Creswell, Jennifer Greene, dan Abbas Tashakkori. Mereka berkontribusi dalam menjelaskan model-model desain mixed methods, serta menyusun kerangka kerja teoritis yang membedakan metode ini dari pendekatan lainnya. Misalnya, Creswell memperkenalkan tiga desain utama: sekuensial eksplanatori, sekuensial eksploratori, dan konvergen paralel.
Keberadaan mixed methods menuntut pemahaman metodologis yang matang. Peneliti harus memahami cara merancang penelitian, mengintegrasikan data, serta menafsirkan hasil dalam satu kerangka yang utuh. Hal inilah yang menjadikan tinjauan pustaka mixed methods menjadi bagian krusial dalam membangun dasar ilmiah dari setiap penelitian yang mengklaim menggunakan pendekatan gabungan.
Baca Juga : 10 Tips Menyusun Kajian Pustaka Tugas Akhir
Konstruksi Teoritis dan Filosofis Mixed Methods
Salah satu ciri khas mixed methods adalah landasan filosofisnya yang pluralistik. Jika pendekatan kuantitatif berakar pada positivisme dan pendekatan kualitatif pada konstruktivisme, maka mixed methods berdiri di atas paradigma pragmatisme. Paradigma ini mengakui bahwa realitas bisa dipahami dari berbagai cara, dan fokus utama penelitian adalah menjawab pertanyaan penelitian secara efektif, bukan terikat pada satu filosofi tertentu.
Pragmatisme mengizinkan peneliti untuk fleksibel dalam menggunakan metode dan teknik sesuai dengan kebutuhan, tanpa harus tunduk sepenuhnya pada satu paradigma. Dengan cara ini, mixed methods memberikan ruang bagi kreativitas metodologis, asalkan tetap mengikuti prinsip ilmiah yang ketat. Filosofi pragmatis ini banyak dijabarkan oleh tokoh seperti Charles Sanders Peirce, William James, dan Dewey, yang kemudian dikembangkan lebih lanjut dalam metodologi penelitian oleh para pakar kontemporer.
Dalam tinjauan pustaka, penting untuk menyebut bagaimana paradigma pragmatis ini menjadi perekat dari dualitas pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Peneliti tidak hanya dituntut untuk memilih metode, tetapi juga untuk menjelaskan mengapa kombinasi metode tersebut penting dan relevan dalam konteks pertanyaan penelitian yang diangkat.
Konstruksi teoritis lain yang penting dalam mixed methods adalah integrasi data. Peneliti harus bisa merancang bagaimana hasil dari kedua pendekatan akan dikombinasikan, apakah secara bertahap, simultan, atau sebagai pelengkap satu sama lain. Integrasi ini mencakup proses analisis, interpretasi, dan penyusunan narasi hasil akhir.
Tinjauan pustaka juga harus menunjukkan bagaimana metode campuran telah digunakan dalam penelitian-penelitian terdahulu, serta bagaimana integrasi data memberikan pemahaman yang lebih utuh dibandingkan jika hanya menggunakan satu pendekatan. Hal ini penting sebagai argumen ilmiah bahwa pendekatan mixed methods bukan sekadar variasi metode, melainkan suatu strategi ilmiah yang teruji dan valid.
Dengan demikian, landasan filosofis dan teoritis mixed methods menjadi pijakan yang kuat dalam membangun justifikasi ilmiah penggunaan pendekatan ini dalam berbagai studi empiris.
Model dan Strategi Penggunaan Mixed Methods dalam Literatur
Berbagai penelitian yang menggunakan pendekatan mixed methods dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa model desain. Tinjauan pustaka yang baik harus mencakup pemahaman terhadap masing-masing desain dan aplikasinya. Berikut adalah model utama dalam mixed methods yang banyak digunakan:
a. Desain Sekuensial Eksplanatori
Dimulai dari pengumpulan dan analisis data kuantitatif, dilanjutkan dengan data kualitatif untuk menjelaskan temuan numerik. Cocok ketika temuan awal membutuhkan pendalaman.
b. Desain Sekuensial Eksploratori
Peneliti terlebih dahulu mengumpulkan data kualitatif untuk mengeksplorasi fenomena, kemudian menggunakannya sebagai dasar pengembangan instrumen kuantitatif.
c. Desain Konvergen Paralel
Kedua jenis data dikumpulkan dan dianalisis secara bersamaan lalu digabungkan. Digunakan ketika peneliti ingin menguji konsistensi antara dua pendekatan.
d. Desain Embedded (Tertanam)
Salah satu metode dijadikan metode utama, sementara metode lain ditambahkan untuk mendukung dan memperkaya data utama.
e. Desain Multiphase
Melibatkan beberapa tahap penelitian yang saling berkesinambungan, dengan data kualitatif dan kuantitatif muncul bergantian.
Dalam meninjau pustaka, penting untuk menjelaskan bagaimana peneliti sebelumnya mengimplementasikan desain-desain ini, serta kekuatan dan keterbatasannya. Ini membantu peneliti baru memilih desain yang paling sesuai dengan masalah penelitian yang diangkat.

Aspek Penting dalam Tinjauan Pustaka Mixed Methods
Selain model dan desain, tinjauan pustaka mixed methods juga perlu mencakup aspek lain yang berkaitan langsung dengan praktik dan validitas penelitian. Beberapa hal berikut perlu diperhatikan:
a. Tujuan Penggabungan
Apakah penelitian bertujuan untuk triangulasi, pelengkap, pengembangan, atau perluasan dimensi?
b. Teknik Integrasi Data
Bagaimana data kualitatif dan kuantitatif digabungkan: melalui matriks, narasi tematik, atau analisis silang?
c. Instrumen dan Validasi
Instrumen apa yang digunakan dalam tiap pendekatan, dan bagaimana validitas serta reliabilitasnya diuji?
d. Peran Peneliti
Apakah peneliti memisahkan dua peran (kualitatif dan kuantitatif) atau mengintegrasikannya? Apakah ada tim dengan keahlian masing-masing?
e. Keterbatasan dan Tantangan
Kendala apa yang dilaporkan peneliti sebelumnya, seperti kesulitan integrasi data, konflik paradigma, atau keterbatasan waktu?
Mengulas aspek-aspek tersebut membantu memperkuat posisi metodologis penelitian serta menghindari kesalahan yang sudah pernah terjadi di penelitian sebelumnya.
Relevansi Mixed Methods dalam Konteks Interdisipliner
Dalam era sekarang, banyak persoalan penelitian bersifat interdisipliner. Fenomena seperti perubahan iklim, transformasi digital, kesenjangan pendidikan, hingga perilaku masyarakat terhadap teknologi memerlukan analisis dari berbagai sisi. Mixed methods menjawab tantangan ini dengan menyatukan pendekatan analitik yang kuat dari kuantitatif, dan pendekatan naratif dari kualitatif.
Sebagai contoh, dalam bidang pendidikan, efektivitas program pembelajaran daring bisa diuji dengan melihat hasil ujian (kuantitatif) serta persepsi guru dan siswa melalui wawancara (kualitatif). Dalam bidang kesehatan masyarakat, keberhasilan program vaksinasi bisa dinilai dari data cakupan (kuantitatif) dan alasan penolakan melalui wawancara komunitas (kualitatif).
Tinjauan pustaka mixed methods juga menunjukkan bahwa pendekatan ini banyak digunakan dalam kebijakan publik. Kombinasi data statistik dan testimoni warga dapat menghasilkan keputusan yang lebih inklusif. Hal ini memperlihatkan bahwa mixed methods adalah alat penting dalam menghasilkan solusi yang berbasis bukti dan konteks.
Karena itu, mixed methods tidak hanya relevan untuk satu bidang ilmu, tetapi menjadi jembatan metodologis yang memungkinkan kolaborasi antar bidang dalam memecahkan persoalan-persoalan kompleks kontemporer.
Baca Juga : 10 Tips Menulis Daftar Pustaka Dengan Benar
Kesimpulan
Tinjauan pustaka mixed methods bukan hanya merupakan pengumpulan teori, tetapi merupakan penyusunan kerangka ilmiah yang menjelaskan mengapa dan bagaimana pendekatan ini digunakan secara tepat dan sahih. Dengan landasan filosofis pragmatis, mixed methods menggabungkan dua pendekatan yang selama ini dianggap bertentangan menjadi satu kekuatan komplementer.
Pembahasan mengenai model desain, teknik integrasi data, validitas instrumen, hingga aplikasi interdisipliner menjadikan mixed methods sebagai pendekatan yang tidak hanya kuat secara metodologis, tetapi juga fleksibel dan adaptif terhadap kebutuhan zaman. Dalam dunia akademik dan profesional yang semakin kompleks, kemampuan menyusun dan memahami tinjauan pustaka mixed methods menjadi kompetensi penting bagi peneliti masa kini.
Dengan pemahaman dan penerapan yang benar, pendekatan ini mampu membawa penelitian menuju tingkat pemahaman yang lebih dalam, menyeluruh, dan berdampak luas bagi pengembangan ilmu dan kebijakan.
Dan jika kamu membutuhkan bantuan untuk menyelesaikan tugas makalah maupun konsultasi lebih lanjut tentang jasa kerjain tugas kuliah lainnya, maka kerjain.org siap membantu. Hubungi Admin Kerjain.org dan ketahui lebih banyak layanan yang kami tawarkan.